Ga hanya Covid-19 aja yang menular. Kebaikan juga bisa menular.
Memang saya masih adaptasi dengan bahan makanan di US. Sehingga saya hanya menyiapkan mie ayam ala-ala saya tanpa contek resep 😅 plus kalo ga salah salah rendang yang juga ala-ala saya.
Kembali ke Hari ini
Brownies Dari Tetangga Misterius 🤠|
Dua hari begadang karena demi demi ikut wisuda virtual suami membuat tubuh saya agak sedikit eror. Baru saja kemaren menuliskan evaluasi 10 hari pertama yang bisa dikatakan lancar. Hari ini kontan ujiannya meningkat 🙈.
Tapi saya tidak akan bercerita tentang ujian hari ke-11 Ramadan saya. Justru saya mau bercerita tentang kebaikan yang menular.
Mundur Dikit ke tahun 2016
Pada tahun tersebut, saya baru saja merantau ke US sekitar bulan Juni akhir. Ceritanya, saya dan keluarga beserta teman suami dan juga keluarganya mengagendakan silaturahim ke salah satu rumah senior di kota lain. Saya yang saat itu pemain baru dengan aneka adaptasi tidak terlalu mempersiapkan apa-apa. Baik itu bekal perjalanan. Maupun menu makanan untuk teman suami yang menginap di rumah.
Labu kuningnya saya olah jadi talam |
Memang saya masih adaptasi dengan bahan makanan di US. Sehingga saya hanya menyiapkan mie ayam ala-ala saya tanpa contek resep 😅 plus kalo ga salah salah rendang yang juga ala-ala saya.
Nah setiba saya di rumah senior tadi, betapa malunya saya mendapati beliau menjamu kami dengan sungguh luar biasa. Padahal kedatangan kami bisa dikatakan mendadak karena memang tanpa rencana. Sedangkan kedatangan teman suami saya untuk menginap di rumah sudah direncanakan jauh-jauh hari.
Belajar dari pengalaman tersebut, saya pun bertekad ingin seperti beliau yang memuliakan tamu dengan sungguh luar biasanya.
Menjadi Baik Itu Berat
Tekad kuat seiring dengan ujian yang berat. Ternyata memiliki niatan mulia itu tak semudah yang saya bayangkan. Ada saja kendalanya. Mulai dari waktu, keuangan, dan juga tenaga. Sehingga untuk menjadi baik dengan salah satunya memuliakan setiap tamu yang datang ke rumah menjadi perjalanan panjang untuk saya hingga akhirnya benar-benar menikmatinya. Tanpa merasakan sebuah beban berarti yang berasal dari bisikan syaitoni 🙈.
Baju dan Kerudung semua pemberian Tanpa ada sebuah momen |
Kembali ke Hari ini
Dan hari ini, saya mendapati kembali kebaikan yang menular itu. Tiba-tiba saya mendapat kiriman labu dari tetangga yang baru saja beres panen kebun depan rumah kita yang memang masih rumah kosong. Tak selang berapa lama, tiba-tiba ada yang mengantarkan brownies yang ternyata berasal dari tetangga saya semasa ngontrak sebulan di blok sebelah. Masya Allah. Selain itu, kemaren malam seorang adik kelas semasa SMA berkirim baju untuk Zaynab for free.
Jujur, mereka datang bertubi membuat saya speechless dan "woi Put! Lho udah ngasih apa???"
Begitu ringannya orang-orang untuk berbagi ditengah kesempitan. Dan tentu saja hal ini membuat saya yang masih belajar untuk ringan langkah dalam berbagi hal-hal kecil semakin bergelora.
Tak jarang kan ketika kita hendak berbagi, muncul saja keraguan akan kekhawatiran ini dan itu. Khawatir orang yang kita beri tidak suka, khawatir tidak terpakai, khawatir terbuang, dan khawatir lainnya yang hanya datang dari dugaan-dugaan tanpa landasan. Sehingga membuat kita jadi urung untuk berbagi.
Kebaikan dalam berbagi, terutama dalam kondisi sempit merupakan kebaikan yang bisa mengasah keikhlasan kita. Mungkin tidak akan kita rasa, namun perlahan akan semakin lembut hati yang memupuk asa akan semangat menebar kebaikan.
Jadi bener kan ya kalo kebaikan itu menular. Karena jika kita memiliki orientasi persaingan akhirat, dijamin kita tidak akan tenang jika tak pernah berbagi sama sekali terutama dalam kondisi sempit.
Semoga Ramadan mengasah kebaikan yang kita punya dan Allah menambah amalan kebaikan baru untuk kita. Selamat menikmati prosesnya!
Batujajar, 4 Mei 2020
Post Comment
Posting Komentar
Komenmu sangat berarti bagiku 😆
Makasi ya udah ninggalin komen positif ... 🤗