Homeschooling sebagai salah satu alternatif pilihan pendidikan untuk anak semakin hari semakin dilirik para orang tua. Beragam faktor tentunya, yang membuat para orang tua menjadikan homeschooling sebagai pilihan jalur pendidikan. Seperti faktor eksternal dengan adanya rasa kurang puas dengan sistem pendidikan yang ada, kurang terfasilitasinya kebutuhan anak, atau mungkin juga faktor internal karena tidak ingin melewatkan kesempatan memiliki amal jariyah terbesar.
Selain faktor yang beraneka ragam, persepsi terhadap homeschooling ini sendiri pun beragam. Dalam pembahasan kali ini, homeschooling yang kami maksud adalah homeschooling berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 129 tahun 2014. Dalam peraturan ini disebutkan bahwa sekolah rumah atau homeschooling adalah proses layanan pendidikan secara sadar dan terencana dilakukan oleh orang tua/keluarga di rumah atau tempat dengan suasana kondusif.
Jadi dari Peraturan Menteri tersebut, dalam tulisan ini kita akan membahas tentang homeschooling yang dilaksanakan langsung oleh para orang tua. Bukan homeschooling yang dialihtangankan ke pihak atau lembaga tertentu yang melabeli dirinya sebagai lembaga homeschooling. Karena dua hal ini memiliki konsep yang berbeda.
Banyak dari para praktisi homeschooling menyarankan pelurusan persepsi terhadap konsep homeschooling yang akan diterapkan. Karena jika persepsinya sudah lurus, akan mudah bagi kita untuk mengatasi berbagai macam sandungan di kemudian hari.
Pelurusan persepsi disini lebih kepada mengembalikan konsep homeschooling pada filosofi awalnya, yaitu pendidikan berbasis keluarga. Bukan pendidikan berbasis lembaga alias mengalihkan pendidikan dari pendidikan formal di sekolah ke pendidikan nonformal atau informal lewat lembaga pendidikan.
Nah, selain persepsi tentang homeschooling itu sendiri, sedikitnya ada lima hal penting lainnya yang harus kita ketahui sebelum memutuskan untuk memilih homeschooling.
1. Visi misi keluarga
Dalam menjalankan homeschooling, artinya keluarga menjadi basis utama pendidikan anak sebelum memperluas diri ke ranah yang lain. Menentukan visi misi keluarga menjadi sangat penting agar tujuan pendidikan berbasis keluarga ini bisa terlihat. Dari visi misi keluarga inilah kemudian kita telurkan visi misi dalam mendidik anak.
2. Visi misi pendidikan anak
Setiap keluarga tentu memiliki ruh yang berbeda dalam memberikan pendidikan terhadap anaknya. Ada keluarga yang ingin memperkaya anak dengan ruh religi, sporti, naturalistik, atau ruh keilmuwan.
Merunut dari visi misi keluarga, maka visi misi pendidikan anak membantu kita melihat lebih terperinci apa yang menjadi visi misi dalam pendidikan anak. Seperti halnya menciptakan ruh tadi. Ada keluarga yang mampu menelurkannya sejak awal, namun tak jarang ada keluarga yang terus menerus merevisi visi misi pendidikan anak ini karena karena hendak menyesuaikan dengan perkembangan sang anak.
3. Karakteristik keluarga
Merumuskan visi misi keluarga dan juga pendidikan anak bukanlah hal yang mudah. Selain menuntut proses panjang, perumusan visi misi ini pun meminta kita untuk terus menerus mengenal karakteristik keluarga. Karena pengejawantahan visi misi ke ranah teknis akan sangat menantang jika kita kurang memahami karakteristik keluarga.
Ada keluarga yang mampu menyibukkan diri dengan aneka aktivitas di dalam rumah. Ada keluarga petualang yang tidak mampu melejitkan potensi jika hanya monoton di rumah saja. Dan ada juga keluarga yang mampu beradaptasi cepat dengan perubahan situasi, kondisi dan lingkungan.
4. Metode homeschooling
Setelah mengetahui karakteristik keluarga, barulah kita bisa beranjak untuk menemukan metode homeschooling yang cocok untuk keluarga. Ada banyak metode pendidikan yang bisa kita terapkan dalam homeschooling. Seperti metode Montessori, Charlotte Mason, metode Unschoolingnya John holt atau pun metode campuran dari semua metode yang dirasa cocok dengan keluarga kita.
5. Prinsip-prinsip dalam homeschooling
Ada banyak hal prinsip yang tak kalah penting dari empat poin penting di atas yang harus sudah ajeg dimiliki oleh keluarga homeschooler. Prinsip-prinsip inilah yang nantinya diharapkan sebagai pengokoh keluarga ketika ada kerikil atau batu sandungan. Sehingga kita para orang tua sebagai pelaksana homeschooling tidak mudah goyah dalam menjalankan pilihan pendidikan ini.
Jadi jika diumpakan, empat poin sebelum ini adalah sebagai pondasi, maka poin ke lima ini adalah tiang yang siap menyangga bangunannya. Sehingga ada beberapa prinsip yang perlu kita ketahui agar miliki tiang penyangga yang kuat.
Apa sajakah prinsip-prinsip tersebut:
1. Setiap manusia adalah berbeda, maka hargailah perbedaan sekecil apapun itu. Baik perbedaan antar anggota keluarga, maupun perbedaan antar keluarga homeschooling. Lebih luas lagi, perbedaan antar orang tua dalam memilihkan jalur pendidikan untuk anak-anaknya.
2. Karena kita berbeda, maka tak ada gunanya kita saling membandingkan. Karena prinsipnya perbandingan hanya akan memunculkan pelemahan atau kesombongan. Dan hal ini akan menggoyahkan pondasi keluarga, yaitu jiwa. Ketika jiwa goyah, maka tak matanglah visi misi yang seharusnya bisa dimatangkan. Ketika jiwa goncang, maka tak kuatlah karakteristik keluarga yang melekat. Karena lebih terpengaruh arus luar akibat seringnya membandingkan.
3. Setiap keluarga itu unik, maka ambillah kebaikan dari keluarga lain dan modifikasi penerapannya untuk keluarga kita. Lalui hargailah setiap keunikan yang beragam itu untuk membuka mata lebih lebar bahwa pendidikan anak tak melulu menyoal keluarga kita. Ingat! Ada pendidikan sosial dan moral serta agama yang harus melibatkan elemen horizontal kita sebagai manusia.
4. Sukses dan gagalnya sebuah homeschooling tidak dapat dilihat dalam waktu yang singkat. Karenanya, berhentilah menilai keluarga lain dan fokuslah pada proses keluarga sendiri dengan menentukan sukses seperti apa yang hendak kita jemput.
5. Orang tua adalah cerminan anak, maka pastikan kita sebagai orang tua selesai dengan diri sendiri. Sehingga tidak ada bias yang terjadi ketika kita menanamkan nilai kepada anak. Bukankah Allah tidak menyukai manusia yang tidak melaksanakan apa yang dia katakan?
Semoga dengan 5 poin penting ini, para orang tua yang masih merasa bimbang akan pilihan pendidikan anak-anaknya bisa menjadi lebih mantap dalam melangkah. Pilihan pendidikan apapun itu, semua tentu ada kelebihan dan kekurangannya. Hanya kita yang tahu pilihan pendidikan apa yang siap kita terima kekurangannya dan puas hati mendapatkan kelebihannya.
Batujajar, 1 Mei 2020
Nb: Tulisan ini dimuat di The Real Ummi dengan judul "5 Hal Penting Sebelum Memulai Homeschooling" dengan editan yang disesuaikan tanpa mengubah isi artikel
Assalamu'alaikum..
BalasHapusSelamat pagi..
Izin bertanya.. frame saya untuk memulai homeschool adalah ketika salah satu dari ortu terlebih, ibu bekerja di rumah atau bahkan tidak bekerja sama sekali. Bagaimana tanggapan nya?
Satu lagi, untuk homeschool apakah bisa untuk anak pra sekolah atau juga yang sudah bersekolah dasar? Apa yang harus dimiliki ortu baik ayah atau ibu untuk supporting perihal pedagoginya? (Berkerjasama atau berkonsultasi dengan tim ahli, ada lembaga penyelenggara homeschool kah?)
Wa'alaikumsalam
HapusSependek pengetahuan saya tidak ada patokan saklek ttg kondisi ortu yg ingin melakukan HS mba. Yg ada hanya kesadaran penuh thd konsekuensi logis ketika ingin melakukan HS. Krn keluarga kita, kita yg tau.
Namun tentu ibu atau ortu bekerja tntu dituntut pengaturan waktu ekstra dibanding yang tdk bekerja.
Utk usia anak HS tdk ada batasan mba. 😃 Bahkan bbrp org tua sudah menyiapkan anak2 mrk utk HS sebelum anak tsb lahir. Tp tak jarang byk yg beralih HS ktika anak2 nya sudah bersekolah.
Keismpulannya HS ini memberi ruang gerak tak terbatas batas utk kita ortu dlm memberikan pendidikan ke anak2 kita.
Pertanyaan selanjutnya, apakah kita memberi HS dg orientasi ijazah atau tidak.
🤗
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusassalamualaikum,
Hapushalo mba putri, saya baru BW mba nih, maaf ya padahal mba udah ninggalin jejak di blog saya.
saya baru ngeh maksud mba soal kalo homeschooling bukan hanya sekedar memindahkan sekolah ke rumah, tapi maknanya lebih dari itu (setelah mencoba praktek dari terkahir saya posting soal homeschooling). dan memang benar kata mba, homeschooling itu harus dipikirkan apakah sesuai dengan karakter, visi dan misi keluarga sendiri. dan kesalahan saya hanya satu, melihat suksesnya homeschooling yang diterapkan oleh orangtua yang lain sehingga bikin saya ngebet pengen ikutan juga. tetapi pada kenyataannya, keluarga kami sejujurnya kurang cocok dengan homeschooling, hehehe.
panjang ya mba, saya belum menemukan da nmerasakan dengan sebenar-benarnya filosofis HS. inipun masih trial and error metode apa yang cocok. mungkin langkah saya kurang tepat dengan hanya mempelajari satu metode saja. setelah saya berbagi pikiran dengan guru salah satu sekolah, akhirnya saya tau kalo mendidik anak itu jangan hanya terpaku pada satu metode saja. akhirnya, saya mulai belajar semua metode dan mencari metode yang dirasa cocok dengan keluarga saya.
makasih insight nya ya mba, ini kalo diterusin bisa jadi bahan satu postingan di blog, hehe
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSemoga ketemu yg cocok dan oas ya mba buat keluarga mba perihal pendidikan anak 😍😍😍 nuhun udah berkunjung 😍😍
Hapus