Semua kita tentu tahu, bahwa kematian tak dapat ditolak kehadirannya. Bahkan tak bisa direschedule kedatangannya. Namun entah mengapa, setiap kali berita kematian itu terdengar, telinga seolah hanya menggelegar sebentar. Biasa! Setiap yang bernyawa pasti kan menemukan kapan masanya berpisah raga dengan jiwa. Begitulah.
Pertanyaannya, apakah kita benar sudah siap menjemput masa itu? Kematian seperti apa yang telah kita minta kepadaNya? Amalan apa yang bisa kita bawa? Berapa kalikah taubatan nasuha sudah kita lakukan? Kebiasaan baik apa yang sudah kita tanam sehingga bisa menyisakan kebaikan demi kebaikan?
Benarlah apa yang pernah dinasehatkan seorang guru kepada saya, bahwa semakin lama hidup di dunia, semakin beratlah godaan untuk tertawan hati padanya. Hati semakin cinta dunia, dan kemudian merasa takut akan kematian. Perpisahan dengan orang terkasih karena kematian pun menjadi hal yang tak diinginkan. Sehingga tak jarang, kita lupa untuk mempersiapkan.
Sebentar! Tampaknya kita lupa, bahwa hidup adalah untuk mati. Karena sesungguhnya, kematian itu adalah awalan menjemput kehidupan yang hakiki. Oh ilahi Rabbi ... Bantulah kembali hati ini agar bisa menata cinta pada hari yang dinanti. Dimana kehidupan kekal abadi, penuh kebahagiaan sejati.
Hilangkanlah rasa takut akan bersua dengannya. Kuatkanlah tekad untuk mempersiapkan diri berjumpa dalam amalan terbaik diri ini. Istiqomahkanlah tanpa harus melihat untuk manusia mana kita beramal melainkan untuk tujuan akhirat apa kita beribadah. Tidak! Bukan karena dia melainkan untuk dan karena Dia! Terus! Dan terus demikian hingga masa yang pasti itu datang menyapa. Anugrahkanlah senyuman dan ketenangan, begitupun untuk yang ditinggalkan. Kuat! Kuatkanlah mereka. Dan berikanlah manusia-manusia dunia petunjuk kehidupan indah di akhirat kelak. Agar semangat terus memghambakan diri, tanpa pamrih dan lelah diri.
Rabb! Istirahatkanlah kami dalam keadaan terbaik bersama amalan terbaik kami.
Pertanyaannya, apakah kita benar sudah siap menjemput masa itu? Kematian seperti apa yang telah kita minta kepadaNya? Amalan apa yang bisa kita bawa? Berapa kalikah taubatan nasuha sudah kita lakukan? Kebiasaan baik apa yang sudah kita tanam sehingga bisa menyisakan kebaikan demi kebaikan?
Benarlah apa yang pernah dinasehatkan seorang guru kepada saya, bahwa semakin lama hidup di dunia, semakin beratlah godaan untuk tertawan hati padanya. Hati semakin cinta dunia, dan kemudian merasa takut akan kematian. Perpisahan dengan orang terkasih karena kematian pun menjadi hal yang tak diinginkan. Sehingga tak jarang, kita lupa untuk mempersiapkan.
Sebentar! Tampaknya kita lupa, bahwa hidup adalah untuk mati. Karena sesungguhnya, kematian itu adalah awalan menjemput kehidupan yang hakiki. Oh ilahi Rabbi ... Bantulah kembali hati ini agar bisa menata cinta pada hari yang dinanti. Dimana kehidupan kekal abadi, penuh kebahagiaan sejati.
Hilangkanlah rasa takut akan bersua dengannya. Kuatkanlah tekad untuk mempersiapkan diri berjumpa dalam amalan terbaik diri ini. Istiqomahkanlah tanpa harus melihat untuk manusia mana kita beramal melainkan untuk tujuan akhirat apa kita beribadah. Tidak! Bukan karena dia melainkan untuk dan karena Dia! Terus! Dan terus demikian hingga masa yang pasti itu datang menyapa. Anugrahkanlah senyuman dan ketenangan, begitupun untuk yang ditinggalkan. Kuat! Kuatkanlah mereka. Dan berikanlah manusia-manusia dunia petunjuk kehidupan indah di akhirat kelak. Agar semangat terus memghambakan diri, tanpa pamrih dan lelah diri.
Rabb! Istirahatkanlah kami dalam keadaan terbaik bersama amalan terbaik kami.