ASI (Air Susu Ibu) tentunya menjadi bagian yang sangat penting bagi kehidupan bayi. Kampanye menyusui bayi secara ekslusif pun kerap digalakkan untuk memotivasi para ibu memberikan ASI sebagai makanan pertama bayi. Selain diyakini sebagai makanan terbaik untuk bayi, ASI juga dipandang mudah dan murah dalam hal penyajiannya jika dibandingkan dengan susu formula. Tapi apakah memang demikian?
Tantangan Meng-ASI-hi
Sebagai makanan yang melekat ditubuh ibu, kuantitas ASI tentunya sangat bergantung pada pola hidup sang ibu. Mulai dari pola tidur, pola makan dan juga manajemen waktu ibu. Dan setiap ibu tentunya memiliki tantangan masing-masing dalam usaha pemenuhan gizi bayi melalui ASI ekslusif (ASIX) di 6 bulan pertamanya ini.
Bagi saya pribadi, perjalanan memberikan ASIX untuk anak-anak-anak selalu berliku alias penuh drama. Saat ASIX si kembar, tantangan yang saya hadapi yaitu seputar hubungan pernikahan jarak jauh (LDM), drama menyusui tandem dan drama minimnya support keluarga baik secara psikis maupun fisik. Alhasil si kembar Zaid dan Ziad tidak memperoleh ASIX di 6 bulan pertama mereka.
Perjalanan ASIX Zaynab pun tak semulus yang diharapkan. Meskipun hanya satu bayi, ASIX Zaynab terancam gagal. Bukan karena LDR, tandem ataupun tak ada support. Melainkan karena faktor hidup dirantau yang menuntut saya harus mampu mengelola waktu agar memiliki gizi dan istirahat cukup. Jujur, saya agak pesimis.
Berdamai Dengan Idealisme
Melirik pada pengalaman terdahulu saat meng-ASI-hi si kembar, kondisi di perantauan tanpa bantuan siapapun (hanya saya, suami dan si kembar) membuat saya tidak begitu ngoyo untuk sukses ASIX Zaynab. Terlebih setelah Zaynab lahir tak semulus yang saya harapkan membuat saya lebih memilih berdamai dengan kondisi ideal yang diinginkan. Bukan tidak mau mengusahakan, hanya tidak terlalu ngoyo seperti jaman si kembar biar tidak stres juga. Begitu pikir saya.
Tapi tak disangka, apa yang tak terlalu diharapkan justru terwujud. Zaynab ternyata tidak mau minum susu formula. 11 hari di NICU tabungan ASI saya ternyata berlebih. Artinya, selama di NICU Zaynab 100% ASI. Meskipun demikian, saya masih tetap tidak mau ngoyo Zaynab harus ASIX. Kenapa? Karena saya tau diri kondisi tubuh yang kurang istirahat tentunya berpengaruh pada produksi ASI.
Sehingga, saya memutuskan untuk memberi susu formula kepada Zaynab ketika saya merasa produksi ASI menurun. Terlebih sepulang Zaynab dari NICU, saya tidak bisa pumping terjadwal lagi karena sang bayi sudah disisi. Artinya 24 jam akan saya lalui untuk menjaga dan merawat Zaynab plus menjalankan peran lain bagi si kembar dan suami. Tau sendiri kan gimana habits nya bayi baru lahir??? Dipadukan dengan urusan domestik rumah tangga di negara orang yang apa-apa semuanya sendiri.
Tapi apa yang terjadi? Zaynab menolak mentah-mentah susu formula yang dibekali pihak rumah sakit sepulang dari NICU. Tak hanya sekali dua kali saya suguhkan Zaynab susu formula. Bahkan saya membeli dot baru (sebelumnya saya pakai dot dari rumah sakit) berharap Zaynab mau mengisap susu formula dari dot baru tersebut.
Asumsi pun muncul. Oh mungkin Zaynab menolak susu formula, bukan dotnya. Akhirnya saya pun pumping lagi alakadarnya untuk melihat apakah Zaynab mau bottlefeeding. Hasilnya? Nihil. Zaynab ternyata tidak hanya menolak susu formula tetapi juga menolak dot.
Harusnya ini menjadi berita bahagia buat saya karena Zaynab cerdas memilih hanya direct breastfeeding. Artinya saya bisa terbebas dari resiko bingung puting dan gagal ASIX. Tapi untuk kondisi saat ini, pilihan Zaynab itu adalah ujian tersendiri buat saya.
6 Bulan Yang Menantang
Menyadari Zaynab memilih dengan sangat cerdas jenis makanan dan cara penyajiannya, membuat saya harus sadar gizi dan istirahat. Akhirnya, saya pun mulai membekali diri dengan makanan-makanan yang bisa menambah kuantitas ASI. Dan tentunya makanan-makanan tersebut adalah makanan yang saya suka dan membuat saya bahagia ketika memakannya.
Tak dinyana, memasuki usia 4 bulan Zaynab terkena eczema. Gejalanya sudah muncul sejak Zaynab usia 2 bulan. Saat itu saya langsung menghindari makanan-makanan pemicu alergi (alergen). Awalnya saya hanya menghindari seafood karena beranggapan Zaynab sensitif seafood faktor genetis dari saya karena saya alergi seafood juga. Namun ternyata, tak hanya seafood, Zaynab juga intoleran terhadap produk-produk turunan susu.
Jadilah usia 2 menjelang 3 bulan, saya menghindari makanan-makanan alergen tersebut yang notabene saya suka semua. Mulai dari ikan-ikanan, udang, susu, keju, coklat, kacang-kacangan, dan roti-rotian. Alhasil, pilihan makanan untuk milk booster saya berkurang donk kaaaaan.
Saya pun mengalihkan diri dengan pola makan sehat. Buah-buahan dan sayuran hijau. Dan memang cukup membantu menambah produksi ASI. Namun sayang, buah dan sayuran merupakan makanan tak tahan lama. Artinya, per 3 atau 4 hari sekali saya harus memperbarui bahan makanan tersebut.
Disinilah tantangannya. Butuh waktu khusus bagi suami saya untuk bisa menemani belanja kebutuhan tersebut (saya sangat menyesal tidak mengasah kemahiran mengendarai mobil saya). Dalam menunggu waktu senggangnya suami, bahan makanan tersebut terlanjut kosong. Dan saya hanya bergantung pada karbo dan protein saja. Sehingga di waktu-waktu inilah saya merasa produksi ASI seperti kejar tayang. Mau makan dan minum sebanyak apapun, saya tidak merasakan ASI yang berlimpah.
Itulah tantangan 6 bulan pertama yang saya rasakan.
ASI Berlimpah vs ASI Secukupnya
Melewati berbagai macan uji coba pola makan dan pola tidur, saya sedikit banyaknya belajar perihal ASI di tubuh saya sendiri. Kapan dia berproduksi dan kapan dia benar-benar kosong.
Awalnya saya berfikir payudara (PD) tidak tender (keras) artinya ASI sudah habis. Dan baru akan produksi setelah sudah habis. Sehingga ketika hendak menyusui Zaynab, saya kerap tidak percaya diri karena payudara saya sangat jarang terasa tender.
Namun Zaynab yang hanya ingin direct breasfeeding seolah memaksa saya untuk tetap menyodorkan PD tak peduli tender ataupun tidak. Dari berkali-kali pengamatan, akhirnya saya mulai bisa meyakini bahwa ASI ditubuh saya akan berproduksi ketika Zaynab mulai menghisap. Saat itu juga ada sensasi ngilu seperti air mengalir di PD yang saya rasakan saat Zaynab mulai menghisap PD.
Bagi saya hal ini merupakan pengalaman baru yang mematahkan mindset bahwa PD lunak artinya ASI habis. Selama bayi masih mau menghisap, artinya tubuh akan selalu mengirimkan sinyal ke otak untuk menginstruksikan ASI diproduksi oleh kelenjar ASI. Maka bisa dikatakan tidak ada istilahnya ASI habis selama kita masih makan dan minum dan anak mau menghisap.
Dari pengalaman inilah, saya bandingkan dengan pengalaman ibu-ibu lain yang menyusui juga, saya menyimpulkan ada tipe ASI berlimpah, ada yang tipe ASI cukup. Faktor yang mempengaruhi berlimpah atau tidaknya ASI tersebut juga beraneka ragam. Yang pasti, jangan langsung berkesimpulan PD tidak ada ASI hanya karena PD kita lunak, atau ketika dipencet tidak mengeluarkan ASI. Tetaplah percaya diri dan yakin bahwa ASI akan selalu diproduksi ketika ada permintaan, apakah lewat hisapan anak atau lewat pumping.
The Power of Pumping
Saya menyadari, tipe ASI cukup alias tidak berlimpah seperti saya sebenarnya cukup beresiko tekor ASI. Kenapa? Karena ada kalanya bayi tidak sabar menunggu aliran ASI naik dan deras yang menyebabkan bayi tantrum duluan sebelum ASI diproduksi. Disinilah letak pentingnya pumping.
Tadinya saya berharap bisa pumping terjadwal lagi terutama di malam hari. Namun kondisinya tidak semudah yang saya bayangkan. Pumping malah menambah beban kerja saya, mulai dari preparasi alat pumping, pumpingnya sendiri dan terakhir pembersihan alat pumpingnya. Sedangkan saya tidak bisa pumping saat Zaynab menyusu. Sehingga pumping bukanlah pilihan tepat untuk kondisi saya daat ini dalam meningkatkan kuantitas ASI. Karena yang terjadi ASI tetap saja pas-pasan dan hasil pumping pun tidak diminum oleh Zaynab meski menggunakan cupfeeder sekalipun.
Namun, saya sangat sepakat andaikan kondisi memungkinkan, saya ingin kembali memiliki pumping terjadwal agar produksi ASI saya tak lagi secukupnya melainkan berlimpah. Sehingga tidak perlu ada drama tangisan saat harus menunggu aliran ASI naik dan keluar dari PD.
GERD Mempengaruhi Produksi ASI
Memasuki usia 3 bulan, bayi mulai meningkat kemampuan hisapnya. Sehingga yang tadinya butuh 30-60 menit untuk menyusu bisa terpenuhi dalam 5-15 menit saja. Namun tidak semua bayi menyusu hingga mereka benar-benar kenyang. Ada tipe bayi yang menyusu dengan pola menyicil seperti halnya Zaynab.
Zaynab, memiliki asam lambung yang cukup tinggi. Sehingga di bulan pertama kelahirannya, Zaynab mengalami GERD. Yaitu gumoh yang berlebih bahkan lebih terlihat seperti muntah namun bukan muntah.
Kondisi inilah yang melatarbelakangi Zaynab hanya bisa menyusu sedikit demi sedikit dan harus berjeda. Dan pola ini sedikit banyaknya menyumbang drama naik turunnya produksi ASI saya. Kenapa? Karena ASI tidak pernah benar-benar dalam kondisi kosong. Sehingga produksi ASI selanjutnya tentunya sejumlah yang keluar tadi. Sedangkan tak lama berselang Zaynab sudah haus lagi. Makanya, PD saya tidak pernah tender karena ASI tidak pernah benar-benar kosong.
Hal ini pula yang melatarbelakangi saya memberikan dot untuk Zaynab agar saya bisa beraktivitas lain dan Zaynab bisa bottlefeeding dibantu si kembar atau abinya. Dan saya bisa melakukan pumping agar produksi ASI kembali normal. Namun harapan hanya tinggal harapan. Yang bisa saya lakukan hanyalah mengikuti ritme Zaynab.
Alhamdulillahnya, memasuki usia 5 bulan GERD Zaynab mereda meski masih muncul sesekali. Dan tentunya pola menyusu Zaynab pun berubah lebih baik dan sekarang Zaynab mampu menyusu hingga sangat kenyang.
Perjalanan Belum Berakhir
Hakikatnya, kemudahan dan terjangkaunya 'harga' ASI sebanding dengan kesungguhan dan ketulusan seorang ibu dalam mengusahakannya. Bagaimana optimis disetiap tantangannya. Tidak mudah memang dan penuh liku. Apapun hasil akhirnya, ekslusif ataupun tidak. Dibantu formula atau pun tidak, tentu tak mengurangi rasa sayang dan cinta kasih kita.
6 bulan pertama bagi saya dan Zaynab. Alhamdulillah akhirnya terlewati sudah. 28 April kemaren Zaynab genap 6 bulan. Tak disangka Zaynab ASIX tanpa bantuan formula tentu semua kuasa dan takdir dari Allah ta'ala. Kita manusisa hanya berusaha. Allah jua yang menentukannya.
Tentunya perjalanan ini belum berakhir. Masih ada 18 bulan ke depan perjalanan meng-ASI-hi ini akan terjadi. Semoga happy ending ya Zaynab. Aamiin ya Allah ...
Columbus, 1 Mei 2019
Source: www.medela.com |
Tantangan Meng-ASI-hi
Sebagai makanan yang melekat ditubuh ibu, kuantitas ASI tentunya sangat bergantung pada pola hidup sang ibu. Mulai dari pola tidur, pola makan dan juga manajemen waktu ibu. Dan setiap ibu tentunya memiliki tantangan masing-masing dalam usaha pemenuhan gizi bayi melalui ASI ekslusif (ASIX) di 6 bulan pertamanya ini.
Bagi saya pribadi, perjalanan memberikan ASIX untuk anak-anak-anak selalu berliku alias penuh drama. Saat ASIX si kembar, tantangan yang saya hadapi yaitu seputar hubungan pernikahan jarak jauh (LDM), drama menyusui tandem dan drama minimnya support keluarga baik secara psikis maupun fisik. Alhasil si kembar Zaid dan Ziad tidak memperoleh ASIX di 6 bulan pertama mereka.
Perjalanan ASIX Zaynab pun tak semulus yang diharapkan. Meskipun hanya satu bayi, ASIX Zaynab terancam gagal. Bukan karena LDR, tandem ataupun tak ada support. Melainkan karena faktor hidup dirantau yang menuntut saya harus mampu mengelola waktu agar memiliki gizi dan istirahat cukup. Jujur, saya agak pesimis.
Berdamai Dengan Idealisme
Melirik pada pengalaman terdahulu saat meng-ASI-hi si kembar, kondisi di perantauan tanpa bantuan siapapun (hanya saya, suami dan si kembar) membuat saya tidak begitu ngoyo untuk sukses ASIX Zaynab. Terlebih setelah Zaynab lahir tak semulus yang saya harapkan membuat saya lebih memilih berdamai dengan kondisi ideal yang diinginkan. Bukan tidak mau mengusahakan, hanya tidak terlalu ngoyo seperti jaman si kembar biar tidak stres juga. Begitu pikir saya.
Baca juga: Zaynab's Birth Story
Tapi tak disangka, apa yang tak terlalu diharapkan justru terwujud. Zaynab ternyata tidak mau minum susu formula. 11 hari di NICU tabungan ASI saya ternyata berlebih. Artinya, selama di NICU Zaynab 100% ASI. Meskipun demikian, saya masih tetap tidak mau ngoyo Zaynab harus ASIX. Kenapa? Karena saya tau diri kondisi tubuh yang kurang istirahat tentunya berpengaruh pada produksi ASI.
Sehingga, saya memutuskan untuk memberi susu formula kepada Zaynab ketika saya merasa produksi ASI menurun. Terlebih sepulang Zaynab dari NICU, saya tidak bisa pumping terjadwal lagi karena sang bayi sudah disisi. Artinya 24 jam akan saya lalui untuk menjaga dan merawat Zaynab plus menjalankan peran lain bagi si kembar dan suami. Tau sendiri kan gimana habits nya bayi baru lahir??? Dipadukan dengan urusan domestik rumah tangga di negara orang yang apa-apa semuanya sendiri.
Tapi apa yang terjadi? Zaynab menolak mentah-mentah susu formula yang dibekali pihak rumah sakit sepulang dari NICU. Tak hanya sekali dua kali saya suguhkan Zaynab susu formula. Bahkan saya membeli dot baru (sebelumnya saya pakai dot dari rumah sakit) berharap Zaynab mau mengisap susu formula dari dot baru tersebut.
Asumsi pun muncul. Oh mungkin Zaynab menolak susu formula, bukan dotnya. Akhirnya saya pun pumping lagi alakadarnya untuk melihat apakah Zaynab mau bottlefeeding. Hasilnya? Nihil. Zaynab ternyata tidak hanya menolak susu formula tetapi juga menolak dot.
Harusnya ini menjadi berita bahagia buat saya karena Zaynab cerdas memilih hanya direct breastfeeding. Artinya saya bisa terbebas dari resiko bingung puting dan gagal ASIX. Tapi untuk kondisi saat ini, pilihan Zaynab itu adalah ujian tersendiri buat saya.
6 Bulan Yang Menantang
Menyadari Zaynab memilih dengan sangat cerdas jenis makanan dan cara penyajiannya, membuat saya harus sadar gizi dan istirahat. Akhirnya, saya pun mulai membekali diri dengan makanan-makanan yang bisa menambah kuantitas ASI. Dan tentunya makanan-makanan tersebut adalah makanan yang saya suka dan membuat saya bahagia ketika memakannya.
Tak dinyana, memasuki usia 4 bulan Zaynab terkena eczema. Gejalanya sudah muncul sejak Zaynab usia 2 bulan. Saat itu saya langsung menghindari makanan-makanan pemicu alergi (alergen). Awalnya saya hanya menghindari seafood karena beranggapan Zaynab sensitif seafood faktor genetis dari saya karena saya alergi seafood juga. Namun ternyata, tak hanya seafood, Zaynab juga intoleran terhadap produk-produk turunan susu.
Jadilah usia 2 menjelang 3 bulan, saya menghindari makanan-makanan alergen tersebut yang notabene saya suka semua. Mulai dari ikan-ikanan, udang, susu, keju, coklat, kacang-kacangan, dan roti-rotian. Alhasil, pilihan makanan untuk milk booster saya berkurang donk kaaaaan.
Saya pun mengalihkan diri dengan pola makan sehat. Buah-buahan dan sayuran hijau. Dan memang cukup membantu menambah produksi ASI. Namun sayang, buah dan sayuran merupakan makanan tak tahan lama. Artinya, per 3 atau 4 hari sekali saya harus memperbarui bahan makanan tersebut.
Disinilah tantangannya. Butuh waktu khusus bagi suami saya untuk bisa menemani belanja kebutuhan tersebut (saya sangat menyesal tidak mengasah kemahiran mengendarai mobil saya). Dalam menunggu waktu senggangnya suami, bahan makanan tersebut terlanjut kosong. Dan saya hanya bergantung pada karbo dan protein saja. Sehingga di waktu-waktu inilah saya merasa produksi ASI seperti kejar tayang. Mau makan dan minum sebanyak apapun, saya tidak merasakan ASI yang berlimpah.
Itulah tantangan 6 bulan pertama yang saya rasakan.
Baca juga: Eczema Pada Bayi Usia 2-6 Bulan
ASI Berlimpah vs ASI Secukupnya
Melewati berbagai macan uji coba pola makan dan pola tidur, saya sedikit banyaknya belajar perihal ASI di tubuh saya sendiri. Kapan dia berproduksi dan kapan dia benar-benar kosong.
Awalnya saya berfikir payudara (PD) tidak tender (keras) artinya ASI sudah habis. Dan baru akan produksi setelah sudah habis. Sehingga ketika hendak menyusui Zaynab, saya kerap tidak percaya diri karena payudara saya sangat jarang terasa tender.
Namun Zaynab yang hanya ingin direct breasfeeding seolah memaksa saya untuk tetap menyodorkan PD tak peduli tender ataupun tidak. Dari berkali-kali pengamatan, akhirnya saya mulai bisa meyakini bahwa ASI ditubuh saya akan berproduksi ketika Zaynab mulai menghisap. Saat itu juga ada sensasi ngilu seperti air mengalir di PD yang saya rasakan saat Zaynab mulai menghisap PD.
Bagi saya hal ini merupakan pengalaman baru yang mematahkan mindset bahwa PD lunak artinya ASI habis. Selama bayi masih mau menghisap, artinya tubuh akan selalu mengirimkan sinyal ke otak untuk menginstruksikan ASI diproduksi oleh kelenjar ASI. Maka bisa dikatakan tidak ada istilahnya ASI habis selama kita masih makan dan minum dan anak mau menghisap.
Dari pengalaman inilah, saya bandingkan dengan pengalaman ibu-ibu lain yang menyusui juga, saya menyimpulkan ada tipe ASI berlimpah, ada yang tipe ASI cukup. Faktor yang mempengaruhi berlimpah atau tidaknya ASI tersebut juga beraneka ragam. Yang pasti, jangan langsung berkesimpulan PD tidak ada ASI hanya karena PD kita lunak, atau ketika dipencet tidak mengeluarkan ASI. Tetaplah percaya diri dan yakin bahwa ASI akan selalu diproduksi ketika ada permintaan, apakah lewat hisapan anak atau lewat pumping.
The Power of Pumping
Saya menyadari, tipe ASI cukup alias tidak berlimpah seperti saya sebenarnya cukup beresiko tekor ASI. Kenapa? Karena ada kalanya bayi tidak sabar menunggu aliran ASI naik dan deras yang menyebabkan bayi tantrum duluan sebelum ASI diproduksi. Disinilah letak pentingnya pumping.
Tadinya saya berharap bisa pumping terjadwal lagi terutama di malam hari. Namun kondisinya tidak semudah yang saya bayangkan. Pumping malah menambah beban kerja saya, mulai dari preparasi alat pumping, pumpingnya sendiri dan terakhir pembersihan alat pumpingnya. Sedangkan saya tidak bisa pumping saat Zaynab menyusu. Sehingga pumping bukanlah pilihan tepat untuk kondisi saya daat ini dalam meningkatkan kuantitas ASI. Karena yang terjadi ASI tetap saja pas-pasan dan hasil pumping pun tidak diminum oleh Zaynab meski menggunakan cupfeeder sekalipun.
Namun, saya sangat sepakat andaikan kondisi memungkinkan, saya ingin kembali memiliki pumping terjadwal agar produksi ASI saya tak lagi secukupnya melainkan berlimpah. Sehingga tidak perlu ada drama tangisan saat harus menunggu aliran ASI naik dan keluar dari PD.
GERD Mempengaruhi Produksi ASI
Memasuki usia 3 bulan, bayi mulai meningkat kemampuan hisapnya. Sehingga yang tadinya butuh 30-60 menit untuk menyusu bisa terpenuhi dalam 5-15 menit saja. Namun tidak semua bayi menyusu hingga mereka benar-benar kenyang. Ada tipe bayi yang menyusu dengan pola menyicil seperti halnya Zaynab.
Zaynab, memiliki asam lambung yang cukup tinggi. Sehingga di bulan pertama kelahirannya, Zaynab mengalami GERD. Yaitu gumoh yang berlebih bahkan lebih terlihat seperti muntah namun bukan muntah.
Baca juga: Aspirasi Mekonium
Kondisi inilah yang melatarbelakangi Zaynab hanya bisa menyusu sedikit demi sedikit dan harus berjeda. Dan pola ini sedikit banyaknya menyumbang drama naik turunnya produksi ASI saya. Kenapa? Karena ASI tidak pernah benar-benar dalam kondisi kosong. Sehingga produksi ASI selanjutnya tentunya sejumlah yang keluar tadi. Sedangkan tak lama berselang Zaynab sudah haus lagi. Makanya, PD saya tidak pernah tender karena ASI tidak pernah benar-benar kosong.
Hal ini pula yang melatarbelakangi saya memberikan dot untuk Zaynab agar saya bisa beraktivitas lain dan Zaynab bisa bottlefeeding dibantu si kembar atau abinya. Dan saya bisa melakukan pumping agar produksi ASI kembali normal. Namun harapan hanya tinggal harapan. Yang bisa saya lakukan hanyalah mengikuti ritme Zaynab.
Alhamdulillahnya, memasuki usia 5 bulan GERD Zaynab mereda meski masih muncul sesekali. Dan tentunya pola menyusu Zaynab pun berubah lebih baik dan sekarang Zaynab mampu menyusu hingga sangat kenyang.
Perjalanan Belum Berakhir
Hakikatnya, kemudahan dan terjangkaunya 'harga' ASI sebanding dengan kesungguhan dan ketulusan seorang ibu dalam mengusahakannya. Bagaimana optimis disetiap tantangannya. Tidak mudah memang dan penuh liku. Apapun hasil akhirnya, ekslusif ataupun tidak. Dibantu formula atau pun tidak, tentu tak mengurangi rasa sayang dan cinta kasih kita.
6 bulan pertama bagi saya dan Zaynab. Alhamdulillah akhirnya terlewati sudah. 28 April kemaren Zaynab genap 6 bulan. Tak disangka Zaynab ASIX tanpa bantuan formula tentu semua kuasa dan takdir dari Allah ta'ala. Kita manusisa hanya berusaha. Allah jua yang menentukannya.
Tentunya perjalanan ini belum berakhir. Masih ada 18 bulan ke depan perjalanan meng-ASI-hi ini akan terjadi. Semoga happy ending ya Zaynab. Aamiin ya Allah ...
Columbus, 1 Mei 2019