Pendidikan, katanya harus dimulai sejak dini. Tapi bukan berarti kita harus mengajari anak membaca dan menulis layaknya anak SD sejak usia dini ya 😆. Seperti halnya tumbuh kembang anak, pendidikan pun memiliki tahapan-tahapannya. Karena memang pada dasarnya mendidik anak itu sama halnya dengan membantu anak mencapai tahapan tumbuh kembang yang sesuai dengan usianya.
Tanggal 2-10 Februari lalu, saya mengikuti sebuah workshop online tentang kurikulum anak usia dini (AUD). Workshop ini diadakan oleh klastulistiwa.com yang informasinya saya peroleh dari teman saya. Karena saya mengetahui concern teman saya ini seperti apa dalam menyebar info di akun medsosnya, maka tanpa pikir panjang saya pun mendaftarkan diri untuk mengikuti workshop yang diinfokannya itu.
Motivasi Awal Ikutan Workshop
Sejak resmi menjadi ibu, tahun 2013 lalu, pikiran untuk menjadi homeschooling mom selalu mengikuti saya. Tadinya saya berfikir homeschooling untuk AUD bisa dilakukan cukup dengan menghadirkan aneka kegiatan bermain yang menarik dan menyesuaikan kebutuhan anak. Ternyata, pada praktiknya, menghadirkan kegiatan bermain sesuai kebutuhan anak itu tidak semudah yang saya bayangkan. Saya pun menyadari bahwa saya pribadi membutuhkan rencana di atas kertas berbentuk kurikulum dengan bekal ilmu tumbuh kembang AUD.
Baca Juga: Blueprint Pengasuhan
Pada tahun 2016, saya pun (sok-sok an) mencoba mengejawantahkan ilmu kesarjanaan saya 😅. Berbekal aneka materi yang saya peroleh baik dari pengalaman menjadi guru PAUD dan hasil cari-cari online, saya kolaborasikanlah dengan ilmu keguruan saya dalam merancang kurikulum. Berhasil alhamdulillah (lumayanlah). Tapi saya terhenti dan kembali berdamai untuk tidak terlalu kaku dalam panduan kurikulum ala-ala saya itu. (Putus asa karena ga sesuai yang diharapkan) 😆
Ide menelurkan kegiatan dengan panduan kurikulum sepertinya tak lepas dari background pendidikan saya. Tapi merealisasikannya tak semudah yang terlihat di akun instagram teman-teman lain yang tidak memiliki latar belakang keguruan seperti saya. Hiks sedihnya.
Ibarat dokter, kalo lagi sakit tetep aja kan butuh bantuan dokter lain 😂. Jadilah saya merasa butuh bantuan rekanan lain yang lebih berpengalaman agar tidak putus asa karena melihat orang lain kok ya asik gitu main sama anaknya 🙈.
Namun harapan untuk menemukan bantuan pun tak segera terendus oleh saya. Entah karena saya yang tidak peka kayanya. Jadilah baru tahun 2019 ini akhirnya saya menemukan bala bantuan yang saya harapkan tadi. Yaitu si workshop pengembangan kurikulum AUD ini.
Sedikit tentang Pilihan Pendidikan: Sekolah Formal atau Homeschooling?
Bagi saya mempersiapkan pendidikan anak tidak hanya sekedar memilihkan sekolah terbaik dan atau favorit untuk anak. Tapi juga dengan menghadirkan aneka pilihan diluar pilihan mainstream, salah satunya homeschooling. Tujuan awalnya hanya sebagai tindakan preventif saja kalo-kalo anak-anak 'tidak cocok' dengan sekolah formal karena keterbatasan bahasa mereka mengingat keberadaan kami di negara orang. Ternyata, 3 tahun di Columbus, anak-anak cocok dengan sekolah formal disini.
Baca Juga: Homeschooling Aja Gitu?
Namun, karena tahun 2019 adalah tahun terakhir in sya Allah kami berada di Amerika, saya pun merasa perlu lagi untuk mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan untuk melakukan homeschooling. Sehingga lagi dan lagi kebutuhan saya untuk memiliki kemampuan mengembangkan kurikulum kembali dirasakan. Jadilah saya makin termotivasi untuk belajar sedikit demi sedikit agar bisa mengembangkan kurikulum sesuai ilmunya.
Sedikit Tentang Kurikulum
Pastinya istilah kurikulum sudah tidak asing ya ditelinga kita. Biar konsepnya lebih kebayang, saya cantumkan sedikit tentang apa itu kurikulum.
Pengertian kurikulum menurut UU nomor 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS Kurikulum adalah "seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu".
Dari dua pengertian di atas, ada 3 komponen yang perlu kita perhatikan:
1. Seperangkat rencana dan pengaturan
2. Cara penggunaan
3. Tujuan pendidikan
Dengan kata lain, kurikulum dibuat untuk merancang dan mengatur kegiatan pembelajaran sedemikian rupa agar tercapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
Anak Usia Dini (AUD)
Menurut beberapa ahli, anak usia dini (AUD) adalah anak yang memiliki rentang usia 0-6 tahun. Penyebutan istilah usia dini juga di alamatkan untuk anak-anak usia pra sekolah, yaitu 0-6 tahun tadi. Ada juga yang menyebutkan rentang usia 0-8 tahun.
Di Indonesia sendiri, penyebutan anak usia dini akan langsung diasosiasikan pada PAUD, yaitu pendidikan anak usia dini. PAUD sendiri merupakan jenjang pendidikan sebelum anak memasuki Taman Kanak-kanak, yaitu usia sekitar 2-4 atau 5 tahun.
Sedangkan jika saya merunut pada kurikulum yang dikembangkan tim workshop yang saya ikuti, anak usia dini yang dimaksud adalah rentang usia 4-7 tahun. Meskipun dalam praktiknya, tim workshop tetap membantu pengembangan aktivitas untuk anak-anak usia di bawah 4 tahun.
Intinya sih AUD itu anak kecil yang belum masuk usia sekolah dan atau usia siap sekolah (usia 7 atau 8 tahun).
Tujuan Pengembangan Kurikulum AUD
Pengembangan kurikulum untuk anak usia dini yang diterapkan dalam workshop ini, sedikit banyaknya memang mengikuti cara pengembangan kurikulum resmi dari pemerintah. Yang tujuan akhirnya yaitu menyelaraskan kompetensi yang diharapkan di setiap aktivitas anak-anak agar tujuan pendidikan tercapai.
Jadi bisa dikatakan bahwa pengembangan kurikulum ini untuk membantu orang tua agar on the track. Alias terarah sesuai tahap tumbuh kembang anak dalam melakukan aktivitas bareng anak kelompok usia dini ini.
Sedangkan tujuan pribadi saya dalam mengembangkan kurikulum AUD ini, terutama untuk anak sendiri, karena saya ga ada kerjaan selain mikirin anak, anak, dan anak lagi 😆. Jadi tujuan saya untuk menyibukkan diri.
Baca Juga: Fakta Mendidik Anak Kembar
Selain itu kehidupan berumah tangga saya yang nomaden membuat saya berfikir untuk mempersiapkan diri atas segala kemungkinan termasuk kemungkinan pilihan pendidikan yang ditawarkan ke anak seperti yang saya sebutkan di atas.
Tapi eh tapi, setelah mengikuti workshop ini, saya kayanya bakal merevisi tujuan saya mengembangkan kurikulum untuk anak ini. Biar lebih berfaedah. #tsah!
Apa Saja Yang Didapat di Workshop AUD?
Banyak hal yang saya dapatkan dari workshop yang diadakan oleh teman-teman klastulistiwa ini. Secara garis besar ada tiga hal, yaitu:
1. Materi-materi tentang anak dan kurikulum
Hari pertama workshop dimulai dengan kuliah telegram (kulgram) yang terbagi ke dalam 2 sesi.
🌸 Sesi pertama membahas tentang homeschooling
🌸 Sesi kedua membahas tentang cara mengembangkan kurikulum
Setelah kulgram selesai, peserta workshop tetap standby selama satu minggu untuk mengaplikasikan materi dari kulgram. Materinya diantaranya:
2. Diskusi dan resume lengkapnya
Seluruh hasil diskusi baik di kulgram ataupun di grup workshop di rangkum cukup rapi oleh tim klastulistiwa. Sehingga ketika dibutuhkan untuk mereview saya pribadi merasa terbantu karena materi-materi yang disampaikan di dalam diskusi juga tersedia (tidak lagi berbentuk file pdf yang perlu didownload ulang).
Selain resume kulgram dan workshop, juga ada resume tugas kelompok dan tugas pribadi. Sehingga semua peserta workshop bisa memperoleh ide kegiatan lengkap untuk setiap tema dan subtema kurikulum.
3. Panduan dan bimbingan langsung dalam mengembangkan kurikulum
Meskipun online, workshop kurikulum ini menurut saya cukup komprehensif karena arahan dan panduan aktif dari tim pelaksana. Selama kita mengikuti acara sesuai schedule, maka workshop akan terasa seperti workshop offline (tatap muka).
Nah selain 3 hal di atas, bagi peserta yang menunaikan kewajiban dengan mengerjakan tugas-tugas yang ada akan memperoleh sertifikat penghargaan. Saya pribadi sih ga ekspek, tapi ya lumayan aja kan nambah-nambah bukti keikutsertaan dan buat portofolio kita juga 😆😉
Selain itu, meskipun online, peserta tetap mendapat workshop kit yang dikirim langsung ke alamat rumah peserta. Karena saya lagi ga di Indonesia, jadi workshop kit saya kirimkan ke rumah kakak saya yang isinya seperti terlihat di bawah ini:
Beginilah Workshop Online
Karena namanya workshop, jadi ya hasil akhir yang diharapkan tentunya setiap peserta bisa mengembangkan kurikulum secara mandiri. Seperti yang pernah saya lakukan dulu 😆 bedanya sekarang mah pake panduan dari orang yang berilmu, ga sok-sok an lagi pake ilmu kanuragan 🙈.
Sebelum melakukan praktik bagaimana cara mengembangkan kurikulum AUD, seperti yang saya sampaikan di atas, tim klastulistiwa membekali saya dan peserta lainnya dengan berbagai macam materi seputar pendidikan anak dan kurikulum AUD. Fokus utama memang untuk membakali peserta yang memiliki motivasi melakukan homeschooling untuk anak-anaknya berdasarkan nilai-nilai Islam.
Diskusi pun dilakukan untuk menyamakan persepsi tentang hal-hal terkait. Dari materi dan diskusi inilah saya memperoleh insight baru tentang kenapa perlu homeschooling dan apa yang perlu kita lakukan jika memilih pendidikan formal.
Sambil berjalan, setelah materi disampaikan dan diskusi dilakukan, teh Mierza, pemateri sekaligus founder dari klastulistiwa.com mulai memandu kami para peserta melakukan pengembangan kurikulum AUD di bantu beberapa fasilitator. Saya masuk kelompok yang difasilitatori oleh teh Rina.
Bagi teman-teman jurusan keguruan tentu tidak akan asing dengan aktivitas pengembangan kurikulum ini. Bagaimana menelurkan kurikulum ke dalam bentuk kegiatan berdasarkan kompetensi yang ada. Dalam workshop ini, bedanya ada aspek Islami yang perlu kita perhatikan sehingga anak sebagai peserta didik bisa memperoleh pendidikan agama sejak dini menyesuaikan dengan usia mereka.
Resume Materi yang Saya Tangkap
Sejujurnya, hingga tulisan ini saya buat, saya belum kelar baca semua materi yang 'digelontorkan' oleh teh Mierza. Masha Allah materinya banyak berlimpah dan isinya daging semua. Makanya saya butuh waktu ekstra untuk menuntaskan semuanya di tengah ke(sok)sibukan saya.
Secara garis besar, yang bisa saya bagikan dalam tulisan ini, materi yang saya dapat di workshop ini adalah:
1. Tentang taksonomi bloom dan maslow
2. Penggunaan KKO yang KISS
3. Contoh-contoh ide bermain
4. Aneka macam materi tentang pendidikan anak
5. Video-video mendidik anak dalam Islam
6. Kurikulum AUD
Penasaran kan sama materi-materinya 😆.
Contoh Pengembangan Kurikulum
Dalam workshop online ini, semua peserta akan dibagi ke dalam 4 grup untuk melakukan tugas grup. Grup A1, A2, B1 dan B2 dengan spesifikasi grup A adalah pengembangan kurikulum untuk anak usia 4-6 tahun dan grup B anak usia 5-7 tahun.
Selain pengembangan kurikulum dalam tugas grup, ada juga tugas individu. Pada tugas individu ini, kita diminta mengembangkan kurikulum untuk anak didik kita, yaitu anak sendiri.
Nah, berikut saya cantumkan contoh tugas grup yang saya buat setelah melewati 3 kali revisi 🙈.
Demikianlah sedikit (katakanlah) review saya tentang workshop yang saya ikuti. Semoga berkah dan saya bisa menerapkannya sesegera mungkin.
Buat teman-teman yang tertarik atau mau kepo tentang workshop ini, bisa kunjungi web klastulistiwa.com ya. Di web itu juga bisa dibaca tentang latar belakang dan karya-karya teh Mierza sebagai pemateri dalam workshop ini.
Apapun motivasi awalnya, bagi saya mau kita memilih homeschooling ataupun tidak, prinsip 'selalu belajar-belajar selalu' harus terus kita pupuk dan tanam. Agar kita tidak kebablasan dan keenakan 'menitipkan' pendidikan anak-anak kita ke sekolah atau madrasah. Esensinya anak itu amanah buat kita orang tua nya, guru dan lingkungan sebagai faktor eksternal yang bisa membantu kita dalam mendidik anak. Begitu kan ya?
Semoga tulisan ini bermanfaat ya. Jika ada yang kurang tepat atau ada yang mau ditanyakan, silahkan tinggalkan komennya 😊.
Columbus, 23 Februari 2018
Tanggal 2-10 Februari lalu, saya mengikuti sebuah workshop online tentang kurikulum anak usia dini (AUD). Workshop ini diadakan oleh klastulistiwa.com yang informasinya saya peroleh dari teman saya. Karena saya mengetahui concern teman saya ini seperti apa dalam menyebar info di akun medsosnya, maka tanpa pikir panjang saya pun mendaftarkan diri untuk mengikuti workshop yang diinfokannya itu.
Motivasi Awal Ikutan Workshop
Sejak resmi menjadi ibu, tahun 2013 lalu, pikiran untuk menjadi homeschooling mom selalu mengikuti saya. Tadinya saya berfikir homeschooling untuk AUD bisa dilakukan cukup dengan menghadirkan aneka kegiatan bermain yang menarik dan menyesuaikan kebutuhan anak. Ternyata, pada praktiknya, menghadirkan kegiatan bermain sesuai kebutuhan anak itu tidak semudah yang saya bayangkan. Saya pun menyadari bahwa saya pribadi membutuhkan rencana di atas kertas berbentuk kurikulum dengan bekal ilmu tumbuh kembang AUD.
Baca Juga: Blueprint Pengasuhan
Pada tahun 2016, saya pun (sok-sok an) mencoba mengejawantahkan ilmu kesarjanaan saya 😅. Berbekal aneka materi yang saya peroleh baik dari pengalaman menjadi guru PAUD dan hasil cari-cari online, saya kolaborasikanlah dengan ilmu keguruan saya dalam merancang kurikulum. Berhasil alhamdulillah (lumayanlah). Tapi saya terhenti dan kembali berdamai untuk tidak terlalu kaku dalam panduan kurikulum ala-ala saya itu. (Putus asa karena ga sesuai yang diharapkan) 😆
Ide menelurkan kegiatan dengan panduan kurikulum sepertinya tak lepas dari background pendidikan saya. Tapi merealisasikannya tak semudah yang terlihat di akun instagram teman-teman lain yang tidak memiliki latar belakang keguruan seperti saya. Hiks sedihnya.
Ibarat dokter, kalo lagi sakit tetep aja kan butuh bantuan dokter lain 😂. Jadilah saya merasa butuh bantuan rekanan lain yang lebih berpengalaman agar tidak putus asa karena melihat orang lain kok ya asik gitu main sama anaknya 🙈.
Namun harapan untuk menemukan bantuan pun tak segera terendus oleh saya. Entah karena saya yang tidak peka kayanya. Jadilah baru tahun 2019 ini akhirnya saya menemukan bala bantuan yang saya harapkan tadi. Yaitu si workshop pengembangan kurikulum AUD ini.
Sedikit tentang Pilihan Pendidikan: Sekolah Formal atau Homeschooling?
Bagi saya mempersiapkan pendidikan anak tidak hanya sekedar memilihkan sekolah terbaik dan atau favorit untuk anak. Tapi juga dengan menghadirkan aneka pilihan diluar pilihan mainstream, salah satunya homeschooling. Tujuan awalnya hanya sebagai tindakan preventif saja kalo-kalo anak-anak 'tidak cocok' dengan sekolah formal karena keterbatasan bahasa mereka mengingat keberadaan kami di negara orang. Ternyata, 3 tahun di Columbus, anak-anak cocok dengan sekolah formal disini.
Baca Juga: Homeschooling Aja Gitu?
Namun, karena tahun 2019 adalah tahun terakhir in sya Allah kami berada di Amerika, saya pun merasa perlu lagi untuk mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan untuk melakukan homeschooling. Sehingga lagi dan lagi kebutuhan saya untuk memiliki kemampuan mengembangkan kurikulum kembali dirasakan. Jadilah saya makin termotivasi untuk belajar sedikit demi sedikit agar bisa mengembangkan kurikulum sesuai ilmunya.
Sedikit Tentang Kurikulum
Pastinya istilah kurikulum sudah tidak asing ya ditelinga kita. Biar konsepnya lebih kebayang, saya cantumkan sedikit tentang apa itu kurikulum.
Pengertian kurikulum menurut UU nomor 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS Kurikulum adalah "seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu".
Dari dua pengertian di atas, ada 3 komponen yang perlu kita perhatikan:
1. Seperangkat rencana dan pengaturan
2. Cara penggunaan
3. Tujuan pendidikan
Dengan kata lain, kurikulum dibuat untuk merancang dan mengatur kegiatan pembelajaran sedemikian rupa agar tercapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
Anak Usia Dini (AUD)
Menurut beberapa ahli, anak usia dini (AUD) adalah anak yang memiliki rentang usia 0-6 tahun. Penyebutan istilah usia dini juga di alamatkan untuk anak-anak usia pra sekolah, yaitu 0-6 tahun tadi. Ada juga yang menyebutkan rentang usia 0-8 tahun.
Di Indonesia sendiri, penyebutan anak usia dini akan langsung diasosiasikan pada PAUD, yaitu pendidikan anak usia dini. PAUD sendiri merupakan jenjang pendidikan sebelum anak memasuki Taman Kanak-kanak, yaitu usia sekitar 2-4 atau 5 tahun.
Sedangkan jika saya merunut pada kurikulum yang dikembangkan tim workshop yang saya ikuti, anak usia dini yang dimaksud adalah rentang usia 4-7 tahun. Meskipun dalam praktiknya, tim workshop tetap membantu pengembangan aktivitas untuk anak-anak usia di bawah 4 tahun.
Intinya sih AUD itu anak kecil yang belum masuk usia sekolah dan atau usia siap sekolah (usia 7 atau 8 tahun).
Tujuan Pengembangan Kurikulum AUD
Pengembangan kurikulum untuk anak usia dini yang diterapkan dalam workshop ini, sedikit banyaknya memang mengikuti cara pengembangan kurikulum resmi dari pemerintah. Yang tujuan akhirnya yaitu menyelaraskan kompetensi yang diharapkan di setiap aktivitas anak-anak agar tujuan pendidikan tercapai.
Jadi bisa dikatakan bahwa pengembangan kurikulum ini untuk membantu orang tua agar on the track. Alias terarah sesuai tahap tumbuh kembang anak dalam melakukan aktivitas bareng anak kelompok usia dini ini.
Sedangkan tujuan pribadi saya dalam mengembangkan kurikulum AUD ini, terutama untuk anak sendiri, karena saya ga ada kerjaan selain mikirin anak, anak, dan anak lagi 😆. Jadi tujuan saya untuk menyibukkan diri.
Baca Juga: Fakta Mendidik Anak Kembar
Tapi eh tapi, setelah mengikuti workshop ini, saya kayanya bakal merevisi tujuan saya mengembangkan kurikulum untuk anak ini. Biar lebih berfaedah. #tsah!
Apa Saja Yang Didapat di Workshop AUD?
Banyak hal yang saya dapatkan dari workshop yang diadakan oleh teman-teman klastulistiwa ini. Secara garis besar ada tiga hal, yaitu:
1. Materi-materi tentang anak dan kurikulum
Hari pertama workshop dimulai dengan kuliah telegram (kulgram) yang terbagi ke dalam 2 sesi.
🌸 Sesi pertama membahas tentang homeschooling
🌸 Sesi kedua membahas tentang cara mengembangkan kurikulum
Setelah kulgram selesai, peserta workshop tetap standby selama satu minggu untuk mengaplikasikan materi dari kulgram. Materinya diantaranya:
2. Diskusi dan resume lengkapnya
Seluruh hasil diskusi baik di kulgram ataupun di grup workshop di rangkum cukup rapi oleh tim klastulistiwa. Sehingga ketika dibutuhkan untuk mereview saya pribadi merasa terbantu karena materi-materi yang disampaikan di dalam diskusi juga tersedia (tidak lagi berbentuk file pdf yang perlu didownload ulang).
Selain resume kulgram dan workshop, juga ada resume tugas kelompok dan tugas pribadi. Sehingga semua peserta workshop bisa memperoleh ide kegiatan lengkap untuk setiap tema dan subtema kurikulum.
3. Panduan dan bimbingan langsung dalam mengembangkan kurikulum
Meskipun online, workshop kurikulum ini menurut saya cukup komprehensif karena arahan dan panduan aktif dari tim pelaksana. Selama kita mengikuti acara sesuai schedule, maka workshop akan terasa seperti workshop offline (tatap muka).
Nah selain 3 hal di atas, bagi peserta yang menunaikan kewajiban dengan mengerjakan tugas-tugas yang ada akan memperoleh sertifikat penghargaan. Saya pribadi sih ga ekspek, tapi ya lumayan aja kan nambah-nambah bukti keikutsertaan dan buat portofolio kita juga 😆😉
Selain itu, meskipun online, peserta tetap mendapat workshop kit yang dikirim langsung ke alamat rumah peserta. Karena saya lagi ga di Indonesia, jadi workshop kit saya kirimkan ke rumah kakak saya yang isinya seperti terlihat di bawah ini:
Beginilah Workshop Online
Karena namanya workshop, jadi ya hasil akhir yang diharapkan tentunya setiap peserta bisa mengembangkan kurikulum secara mandiri. Seperti yang pernah saya lakukan dulu 😆 bedanya sekarang mah pake panduan dari orang yang berilmu, ga sok-sok an lagi pake ilmu kanuragan 🙈.
Sebelum melakukan praktik bagaimana cara mengembangkan kurikulum AUD, seperti yang saya sampaikan di atas, tim klastulistiwa membekali saya dan peserta lainnya dengan berbagai macam materi seputar pendidikan anak dan kurikulum AUD. Fokus utama memang untuk membakali peserta yang memiliki motivasi melakukan homeschooling untuk anak-anaknya berdasarkan nilai-nilai Islam.
Diskusi pun dilakukan untuk menyamakan persepsi tentang hal-hal terkait. Dari materi dan diskusi inilah saya memperoleh insight baru tentang kenapa perlu homeschooling dan apa yang perlu kita lakukan jika memilih pendidikan formal.
Sambil berjalan, setelah materi disampaikan dan diskusi dilakukan, teh Mierza, pemateri sekaligus founder dari klastulistiwa.com mulai memandu kami para peserta melakukan pengembangan kurikulum AUD di bantu beberapa fasilitator. Saya masuk kelompok yang difasilitatori oleh teh Rina.
Bagi teman-teman jurusan keguruan tentu tidak akan asing dengan aktivitas pengembangan kurikulum ini. Bagaimana menelurkan kurikulum ke dalam bentuk kegiatan berdasarkan kompetensi yang ada. Dalam workshop ini, bedanya ada aspek Islami yang perlu kita perhatikan sehingga anak sebagai peserta didik bisa memperoleh pendidikan agama sejak dini menyesuaikan dengan usia mereka.
Resume Materi yang Saya Tangkap
Sejujurnya, hingga tulisan ini saya buat, saya belum kelar baca semua materi yang 'digelontorkan' oleh teh Mierza. Masha Allah materinya banyak berlimpah dan isinya daging semua. Makanya saya butuh waktu ekstra untuk menuntaskan semuanya di tengah ke(sok)sibukan saya.
Secara garis besar, yang bisa saya bagikan dalam tulisan ini, materi yang saya dapat di workshop ini adalah:
1. Tentang taksonomi bloom dan maslow
2. Penggunaan KKO yang KISS
3. Contoh-contoh ide bermain
4. Aneka macam materi tentang pendidikan anak
5. Video-video mendidik anak dalam Islam
6. Kurikulum AUD
Penasaran kan sama materi-materinya 😆.
Contoh Pengembangan Kurikulum
Dalam workshop online ini, semua peserta akan dibagi ke dalam 4 grup untuk melakukan tugas grup. Grup A1, A2, B1 dan B2 dengan spesifikasi grup A adalah pengembangan kurikulum untuk anak usia 4-6 tahun dan grup B anak usia 5-7 tahun.
Selain pengembangan kurikulum dalam tugas grup, ada juga tugas individu. Pada tugas individu ini, kita diminta mengembangkan kurikulum untuk anak didik kita, yaitu anak sendiri.
Nah, berikut saya cantumkan contoh tugas grup yang saya buat setelah melewati 3 kali revisi 🙈.
Merisa Putri:
Rina Mardiana:
Rina Mardiana:
Merisa Putri:
Merisa Putri:
Rina Mardiana:
Merisa Putri:
Nama: Merisa Putri
Tugas Grup 2A
1. Tema Tanaman TK-A
Subtema:
🌸Macam2 tanaman
Kompetensi: bahasa, seni
Kegiatan:
* menyebutkan aneka tanaman dari kemasan bibit tanaman yangmenyebutkananam (daun mint, tomat, bunga hias,strawberry, jahe, cabe, dan daun bawang)✅
* menanam bibit2 tanaman tersebut✅
* menyiram tanaman✅
* mengamati pertumbuhan tanaman✅
* menceritakan apa yang dilihat dan amati dari tanaman2 tersebut✅
* mengulang doa melihat permulaan buah
* menggambar aneka tanaman yang terdapat di taman dekat rumah✅
* membuat nama tanaman di atas pasir sintetis
🌸Fungsi tanaman
Kompetensi: bahasa, seni
Kegiatan:
* memasak tumisan sayur dengan menggunakan daun bawang dan tomat yang ditanam✅
* membuat jus strawberry (menghitung brp strawberry yang diperlukan, brp sendok madu dan air)✅❤️
* menonton video reboisasi ✅
* menyebutkan fungsi pohon berdasarkan video yang ditonton✅
* menggambarkan aneka tanaman hias✅
* menghias rumah dengan tanaman hias✅
2. Tema Bepergian TK-A
Kompetensi: fisik dan motorik, bahasa
Subtema:
🌸Tempat pemberhentian dan pemberangkatan kendaraan
* mencocokkam jenis transportasi dan tempat pemberhentian menggunakan flashcard✅
* menyebutkan tempat pemberhentian mana saja yang pernah dikunjungi✅
* bermain peran menjadi kendaraan (pesawat, kapal, bus dan kereta api) yang akan berangkat dan yang sedang mencari tempat pemberhentiannya ✅
* menyebutkan nama tempat pemberhentian dalam bahasa arab dan bahasa inggris✅
🌸Bagian2 dari kendaraan
* merangkai balok mainan berupa kendaraan ✅ MERANGKAI
* menyebutkan bagian apa saja yang sedang mereka rangkai dalam bahasa arab dan bahasa inggris dan indonesia✅
* menggambar salah satu kendaraan✅
* menyebutkan nama bagian kendaraan sesuai gambar
🌸Dengan apa kendaraan bisa bergerak
* menonton video jenis2 bahan bakar untuk kendaraan✅
* mencocokkan kendaraan sesuai dengan bahan bakarnya menggunakan sticker✅
* MENYEBUTKAN bahan bakar yang digunakan setiap kendaraan✅
* menyetorkan doa naik kendaraan
3. Tema Pekerjaan TK-A
Kompetensi: Sosial
Subtema:
🌸Macam2 pekerjaan
*menyebutkan pekerjaan orang tua, orang tua teman, opa, oma, om dan tante.✅
* menyebutkan pekerjaan yang ada di flash ✅
* bermain peran ✅
* mewarnai gambar macam2 pekerjaan✅
* mencocokkan gambar yang diwarnai dengan tulisan nama pekerjaan✅
🌸Tugas dari macam2 pekerjaan
* menyebutkan tugas pekerjaan yang dilakukan keluarga sekitar: umi, abi, om, tante, opa, oma✅
* menyebutkan tugas pekerjaan dari flash card✅
* mencocokkan pekerjaan yang dilakukan umi dan abi dengan yang ada di flascard✅
* mencocokkan pekerjaan dengan tugasnya dengan tracking line✅
* mewarnai alat yang mengidentifikasi pekerjaan tertentu✅
*menyebutkan kegunaan atau fungsi alat tersebut✅
Demikianlah sedikit (katakanlah) review saya tentang workshop yang saya ikuti. Semoga berkah dan saya bisa menerapkannya sesegera mungkin.
Buat teman-teman yang tertarik atau mau kepo tentang workshop ini, bisa kunjungi web klastulistiwa.com ya. Di web itu juga bisa dibaca tentang latar belakang dan karya-karya teh Mierza sebagai pemateri dalam workshop ini.
Apapun motivasi awalnya, bagi saya mau kita memilih homeschooling ataupun tidak, prinsip 'selalu belajar-belajar selalu' harus terus kita pupuk dan tanam. Agar kita tidak kebablasan dan keenakan 'menitipkan' pendidikan anak-anak kita ke sekolah atau madrasah. Esensinya anak itu amanah buat kita orang tua nya, guru dan lingkungan sebagai faktor eksternal yang bisa membantu kita dalam mendidik anak. Begitu kan ya?
Semoga tulisan ini bermanfaat ya. Jika ada yang kurang tepat atau ada yang mau ditanyakan, silahkan tinggalkan komennya 😊.
Columbus, 23 Februari 2018
Waaah sepertinya menarik juga mbaak ya homeschooling, tentunya harus banyak persiapan juga yg dilakukan. Apalagi untuk saya pribadi masih awam dengan penyusunan kurikulum secara mandiri.tfs mbak merisaa. . Salam kenaal juga yaa 😊
BalasHapusBetul mba. Dan workshop ini rangkaian persiapan nya hehehe. Ga tau realisasinya kapan yg penting mah siapin dlu aja 😆
HapusWahhh udah dateng ke acaranya dapet sertifikat lagi, bisa nambah portofolio baru untuk deretan sertifikat yang berjejer wuehehe
BalasHapusIya mas. Dateng ke acaranya juga cuma lewat medsos pula. Sertifikat ga ekspek dapet eh alhamdulillah kebagian. Mayan banget wkwkwkwk buat bukti 😂
HapusWah aku senang banget kalau ada bahasan untuk AUD, jadi bekal tambahan. Btw aku mikir memang home schooling mba buat anakku, namun bagaimana kehidupan sosialnya nanti bergaul dan melihat banyak perbedaan serta tantangan hidup dengan teman2nya. Sungguh masih galau. Btw aku setuju kalau AUD itu untuk anak di atas 4 tahun, oleh karena itu si kecilku blm diajarkan apa2 kecuali nilai2 dasar dan bermain mba hehe.
BalasHapusHomeschooling itu bisa kita lakukan tanpa membatasi lingkup sosial anak kok mba. Malah peluang memiliki lingkup sosial lbh luas ktmbang anak non HS. Itu gmn ortu nya ngejalanin HS nya sih hehehe
HapusMantep yaa mengembangkan kurikulum dan bisa kita sesuaikan dgn anak anak kita. Asiknya dapat ilmu homeschooling. Kayak sekolah lagi. Ibu juga terus belajar yaa gak anak aja thanks reviewnya teh
BalasHapusKrn hakikatnya mau anak HS atau pun ga, home education harus tetap berjalan ya mba. Makaso udah berkunjung dan semoga ada manfaat nya ya mba 🤗
HapusPendidikan usia dini mengajak anak untuk belajar dan melatih motorik halus dan kasar. Nyanyi nyanyi juga
BalasHapusMasa emas anak memang tidak boleh terlewat kan begitu saja.pendidikan usia dini Sangat membantu anak mengenal teman baru
BalasHapusMengajari anak-anak membaca atau menulis memang harus disesuaikan dengan umurnya ya mbak, biasanya anak-anak akan cepat menangkap lewat permainan atau nyanyian.
BalasHapusOh ternyata Mbak Perisa itu latar belakang pendidikannya keguruan ya.
Bisa gak sih mbak kalau anakku sekolah formal, tapi aku di rumah mengajarkan sistem homeschooling juga> atau terlalu berat karena douuble2 gitu? Soalnya dulu telat tau info tentang homeschoolingnya.
Setau aku homeschooling itu pendidikan non formal dan sekolah itu pend formal. Kl kita lakuin 22nya ya bisa aja sih mba. Mungkin HS isinya materi pemgayaan yg anak2 suka. Yg pasti mau HS atau sekolah formal kita tetep hrus lkuin home education ya mba 😉
HapusDulu, saya dan suami pernah berencana homeschooling untuk anak. Sampai cari banyak referensi tentang hal ini. Tetapi, dengan berbagai pertimbangan, kami memutuskan untuk memilih sekolah formal. Meskipun demikian, saya juga setuju kalau sekolah normal bukan berarti tempat penitipan di mana tanggung jawab berpindah ke guru. Justru harus bersinergi antara orang tua dan guru. Orang tua tetap menjadi penanggung jawab utama bagi anak-anaknya
BalasHapusSetuju banget mba. Esensinya memang begitu. Formal atau HS hanyalah sebuah pilihan. Ga ada ini lbh baik dr itu. Disini anak2 saya jg msh sekolah formal mba. Wallahualam nanti kl udah pulang ke indo 😅
HapusWah, bunda kemsna aja ya selama ini? Setau bunda HomeSchooling itu bljr di rmh dengan mendatangkan guru. Ternyata gak semudah itu ya .Banyak tugax sang Ibu dalam merencanakan segalanya sblm memulai homeschooling itu. Berat nuga tugas ibu, ya
BalasHapusSalah satunya mmg bisa kaya gitu bun. In sya allah nanti saya coba share konsepnya.
HapusTulisan yang inspiratif mbak... Memang seperti inilah seharusnya pendidikan kepada anak itu diterapkan. Untuk belajar membaca dan menulis harus disesuaikan dengan umur anak. Inilah yang kadang miris memandang pendidikan di Indonesia saat ini. Meski tidak semua sekolah dan tenaga pengajar demikian, namun kadang prihatin melihat anak sekolah saat ini. Apalagi di sekolah negeri. Guru hanya menerangkan sedikit selebihnya untuk PR anak2 di rumah. Semoga kedepannya pendidikan di Indonesia bisa lebih di evaluasi kembali agar kurikulum yang diberikan sesuai dengan umur dan jenjang pendidikan anak.
BalasHapusWah mba lemgkap kap kap banget. Baca ini aku jadi dapet banyak banget informasi. Makasih yaa
BalasHapusAku setuju dengan belajar teruus..selalu belajar ga harus ditempat, dimanana pun yaaa..
BalasHapusBtw lengkap banget, pastinya mencerahkan setiap orang yang sedang membutuhkan
Di tempat tinggalku, belum ada orang tua yang menyekolahkan anaknya secara homeschooling, Mba. Semua anak-anak di sini sekolah di sekolah formal :)
BalasHapusAnakku baru pandai membaca saat usianya hampir 7 tahun, Mba. Saya gak maksain dia supaya cepat-cepat membaca, saya biarin dia menimkati proses belajar agar dia enjoy dan gak merasa terpaksa :)
BalasHapusSaya tambah tahu apa tentang itu homechooling. Dan saya juga jadi penasaran dengan klastulistiwa, karena dulunya saya juga mengajar anak-anak usia dini, siapa tahu bakat saya ini bisa saya kelola kembali.
BalasHapusSemoga bermanfaat 😊
HapusWaktu anak-anakku masih usia playgroup aku suka ngumpulin materi-materi pengajaran AUD, ngajarin sendiri di rumah ternyata lebih seru daripada sekolah, anaknya juga lebih nyaman, sempet kepikiran HS, tapi keluarga besar masih belum bisa terima ada anak gak sekolah formal :(
BalasHapusWah keren mba Yoan. Nah mmg tantangan buat HS adl krn masj tabu di Indonesia ... ku jg masih meramcang rencana ini mba 😊
HapusAku selalu kagum sama para ibu yang memutuskan untuk Homescholling anaknya lho mbak. Pastinya telaten dan sabar sekali.
BalasHapusAku tuh mbak, kadang nemenin anak bikin PR aja suka gak sabaran hahaha.
Yg pasti semua ada kelebihan dan kekurangannya mba ... hihihi
HapusSeru bgt belajarnya Mba Putri. Emang butuh ditulis diatas kertas ya Mba. Klo nggak gak fokus jadinya. Noted nih nanti buat belajar :)
BalasHapusBetul banget mba desi. Biar kl mau praktek bisa open book.hehehe
HapusWah bagus nih mbak. Kalo di Jogja ada yh offline aku mau ikutan
BalasHapusPematerinya ambil pengayaan materi di jogja lho mbaaaa. Tp mmg programnya khusus guru paud. Hehehe
HapusBanyak aspek penting dan menarik dari home schooling ya mba. Thanks for letting us know
BalasHapushello mbak, kebetulan saya juga menerapkan HS usia dini utk anak. Aku penasaran sama WS-nya, Ini biasanya diadakan kapan? Onlinw kan ya? Gmn cara ikutnya? Mau donk infonya? Makasih :D
BalasHapusHalo mba. Online mba ... kabarnya maret mau ada lagi batch 7. Untuk info lengkap bisa cek di web nya mba di klastulistiwa.com
Hapusyang ini lebih lengkap dari yang saya ikuti, daftarnya di mana ya?
BalasHapussaya ikut cuma 4x pertemuan online, topiknya seputar home education.
Ini lebih ke kurikulumnya mba. Ws nya ga lama2. Cuma seminggu tp komprehensif sih kl kata saya. Daftarnya coba liat web nya mba di klastulistiwa.com
HapusTertarik juga sih dengan homeschooling ini apalagi basic saya juga pendidikan tapi setelah menikah memutuskan untuk bekerja di rumah saja.
BalasHapusBtw baru tau ada workshop online gitu. Keren deh, apalagi bahasannya tentang kurikulum AUD. Nanti saya coba kepoin dulu webnya. Sempat berminat juga. Thanks for sharingnya mbak.
Oh aku baru tahu kalo anak usia dini itu sampai usia 7 tahun. Semangat ya mengejawantahkan kurikulum untuk anak-anak. Anakku udah mahasiswa semua. Dulu waktu si bungsu sd sempat kepikiran mau homeschooling dengan alasan, anakku kurang bisa optimal menerima materi pelajaran. SD negeri gitu kan muridnya banyak. Trus gak jadi, karena alasan anaknya maunya sekolah bareng temen-temen
BalasHapusWuih, keren. Aku selalu kepengen anak-anak bisa home schooling. Tapinya akunya masih belom siap. Belom bisa 100% fokus ke anak-anak. Jadinya cuma bisa membimbing tambahan aja selain di sekolah oleh guru. Saluuuut buat ibu-ibu yang anak-anaknya home schooling. Dan baru tahu deh, ada workshopnya. Jadi kepengen nyoba ikutan. :D
BalasHapusKarena aku tinggal di desa, di sini blm familiar sama home shcooling. Lebih ke pengajarnya dan Ibunya sendiri yg blm cukup ilmu. Tapi aku sama ponakanku ngajarin dia dikit2, tentang tanaman, pertumbuhan. Intinya yang bisa kujawab gak pakai banyak mikir. Maklum anak zaman now itu kritis banget
BalasHapusIkut pelatihan gini daftar dimana kak? Aku tertarik banget euy...
BalasHapusIni aku nemu ga sengaja di postingan temen. Di web nya suka update sih harusnya. Coba cek klastulistiwa.com
HapusLengkap banget ulasannya mbak. Jadi tertarik ikutan workshopnya. Kalau mau daftar kemana ya mbak? Saya tertarik mengembangkan pendidikan AUD.
BalasHapusBisa di cek di web nya mba di klastulistiwa.com. link clickable nya saya cantumkan di akhir tulisan 😊
HapusPendidikan anak usia dini ternyata sampai 7 th ya kalau di saya mah sampai 5 th kak soale 6 th sudah TK dan 7th sudah SD dan harus sudah bisa calistung juga.
BalasHapusPatokan usia dini bukan dr jenjang sekolahnya mba setau saya. Tp dr usia siap belajar anak. Di indonesia 0-6 th. 7 th masuk usia siap belajar. Di US sini 0-8 th. 9 th masuk usia siap belajar. Cmiiw
HapusAamiin...memang pendidikan di sekolah dan di rumah sebaiknya seimbang agar anak gak merasa gak diperhatikan karena hanya dididik oleh gurunya ya
BalasHapusBetul sekali, anak itu amanah yang dititipkan kepada kita agar diberi bekal yang bermanfaat dunia akhirat. Semoga apapun pilihan sekolah formal / homescholing, kita selalu menjaga amanah dari Allah ini.
BalasHapusWah ada ya pelatihan kurikulum via online to. Biaya nya berapa mbak
BalasHapusKalau homeschooling lalu bagaimana mengajarkan "saling berinteraksi dengan banyak orang" pada si anak?
BalasHapussaya pernah pengen pake konsep homeschooling buat anak-anak, tapi kok belum sanggup yaaaa, xixixixii, sepertinya butuh persiapan mental yang kuat juga, terutama orangtuanya
BalasHapusrame euy ternyata. Aku pun yg anaknya baru mau umur 3 tahun pun sudah galau mbak. mayan ada pencerahan dikit nih abis baca metodenya. Tapi, emang Ibu itu ya Madrasaha pertrama untuk anaknya. Jadi mamak skrg kudu terus belajar terus yaa
BalasHapusPerlu keberanian dan pertimbangan matang bagi ortu jika anaknya diarahkan ke HS, karena budaya masyarakat kita masih memandang sebelah mata dan pendidikan formal masih dianggap yg paling ideal bagi masa depan si anak.
BalasHapus