Kehamilan merupakan momen bahagia yang ditunggu-tunggu pasangan suami istri, terutama pasangan yang baru saja menikah. Namun, siapa sangka momen bahagia ini menyimpan berjuta tantangan yang tidak pernah dibayangkan sama sekali oleh para calon ibu atau pun ayah. Yang terbersit hanyalah bahagia tatkala momen garis dua itu menghiasi hari-hari setelah masa penantian.
Tantangan dalam kehamilan memang akan berbeda di setiap wanita hamil. Nyaris setiap wanita hamil memiliki kisah yang berbeda bahkan kehamilan anak pertama dengan anak berikutnya pun akan memiliki kisah tersendiri dengan tantangannya masing-masing.
Baca juga: Gimana Rasanya Hamil
Sebut saja saya, saya bukanlah Mawar 😅. Di kehamilan kedua ini, saya menderita Hyperthyroid dan Low Potasium yang mengharuskan saya mendapatkan tindakan medis secara intens selama tiga hari berturut-turut di rumah sakit dan masih dibawah kontrol dokter hingga saat ini.
Sebagai orang awam yang tidak memiliki pengetahuan sama sekali tentang 2 jenis diagnosa ini (saya kurang tau istilah yang tepat untuk menamai 2 hal ini. Penyakitkah?), saya tidak memiliki kekhawatiran apapun selain khawatir saya akan merepotkan suami dan anak-anak.
Sebelum rawat inap diputuskan, seminggu sebelumnya saya sudah sempat melewati pemeriksaan di Emergency Department (ED). Bukan karena saya kondisinya kritis, bukan. Saya ke Emergency Department karena memang satu-satunya cara untuk bisa bertemu dokter tanpa appointment ya dengan cara ini. Karena memang prosedur berobat ke dokter disini cukup berbeda jika dibandingkan di negara kita. Di Indonesia kita bisa dengan bebas datang memeriksakan diri ke dokter praktek, baik ke klinik 24 jam atau langsung ke rumah dokter yang buka praktek sendiri.
Saat kunjungan pertama ke ED ini, saya memang hanya menderita hyperemesis gravidarum yang menyebabkan tubuh saya mengalami dehidrasi ringan. Hanya 1 labu cairan infus saja yang saya butuhkan saat itu. Setelah diresepkan multivitamin kehamilan, saya pun diperbolehkan pulang.
Keesokan hari setelah dari ED ini, kondisi saya tidak mengalami perubahan yang berarti. Hyperemesis makin menjadi-jadi setiap harinya. Hingga 10 hari dari ED yang pertama, akhirnya suami saya memutuskan membawa saya kembali ke ED. Kenapa? Karena kondisi saya yang semakin hari semakin memburuk meskipun sudah memaksakan diri untuk makan dan minum dan sempat jatuh pingsan sekali dengan badan yang gemetaran.
Baca juga: Berencana Hamil Kedua?
Tadinya saya mau mencoba bertahan sekuat tenaga (berasa lirik lagu yaks 😅😂) menunggu appoitment dengan OB/GYN yang hanya tinggal 3 hari saja. Tapi memang tak bisa dibohongi, selain rasa haus yang luar biasa, tubuh saya memang terasa sangat lemah hanya sekedar untuk ke kamar mandi. Jadilah kami siang hari itu menuju ED untuk yang kedua kalinya.
Memilih memeriksakan diri ke ED artinya bersiap menunggu berjam-jam lamanya. Rangkaian pemeriksaan hanya sekitar 3 jam, sedangkan waktu menunggu dari satu ruang pemeriksaan ke ruang pemeriksaan lain bisa mencapai 5-7 jam. Tergantung jumlah pasien dan tenaga medis yang bertugas saat itu.
Nah, disinilah cerita bermula. Setelah menunggu 5 jam, barulah saya dipanggil untuk menjalani pemeriksaan di emergency room. Saya pikir saya hanya akan diperiksa dengan stetoskop lalu ditanya-tanya gejala-gejala yang saya rasakan. Ternyata, pemeriksaan bukan sekedar menggunakan stetoskop saja. Namun lebih dari apa yang saya bayangkan.
Setelah mengganti atasan dengan atasan khusus pasien rumah sakit (saat ED yang pertama saya tidak diminta menggunakan pakaian pasien), nurse yang bertugas menempelkan lebih kurang 20 sticker di sekujur badan bagian atas saya, di perut, dada atas, bahu, dan dada kiri dibawah payudara. Disinilah saya merasa sepertinya ada yang salah dengan sistem tubuh saya. Masalahnya kok ya sebegini amat diperiksanya 😂😂😂. Tapi segera saya tepis pemikiran itu. Saya beranggapan pihak rumah sakit hanya berlebihan saja.
Singkat cerita, saya mengalami Hyperthyroid dan kadar potasium yang sangat rendah plus hypersaliva. Penyebabnya?
HYPERTHYROID & HYPERSALIVA
Berdasarkan dari penjelasan dokter saat saya dirawat, produksi tiroid saya menunjukkan angka yang tidak normal, yaitu di atas angka yang seharusnya. Tadinya saya berfikir mungkin inilah yang menyebabkan saya hypersaliva (liur berlebih). Namun setelah konfirmasi ke dokter bukan inilah penyebabnya.
Hyperthyroid sendiri terjadi karena tubuh saya membaca hormon yang dihasilkan janin (hormon HCG) di dalam tubuh saya sebagai benda asing yang membahayakan. Sehingga autoimun bereaksi bekerja untuk 'melawan' benda asing ini, dalam hal ini kelenjer tiroid lah yang reaktif. Sehingga dia memproduksi hormon tiroid lebih banyak dari yang seharusnya.
Saat itu dokter mengatakan bahwa hormon HCG dan hormon tiroid saya berjumlah imbang dengan perbandingan 50:50. Mereka 'balap-balapan' dalam memproduksi hormon. Dan inilah yang dicurigai sebagai penyebab saya mengalami mual dan muntah hebat karena 2 hormon ini memicu peningkatan asam lambung. Begitu yang saya tangkap 😆😆😆
Lalu kenapa produksi liur saya juga banyak? Dokter menduga karena reaksi dari asam lambung yang merangsang liur diproduksi lebih banyak terutama setelah saya muntah. Dan memang tampaknya demikian. Karena setelah mual muntah berkurang, liur pun kembali normal kecuali disaat saya mengalami muntah lagi. (dan alhamdulillah sudah 1 bulan saya bisa beraktivitas normal meski tetap harus membatasi diri agar tidak terlalu kecapean ... aduuuuuuuuh ... berasa gimanaaaaaa gitu. 😂)
Singkat cerita yang memang udah panjang ini, untuk menormalkan produksi hormon tiroid ini, saya harus menjalani cek darah rutin dan bedrest yang tentunya ditemani obat-obatan 😆.
LOW POTASIUM
Jujur, ketika dokter bilang potasium saya rendah, saya ga ngerti potasium itu apa hahaha. Saya cuma tau magnesium wkwkwk. Jadilah saat itu saya dan suami googling donk. Dan okeh, ngerti. Kemudian baru saya nyambung dengan apa yang dokter jelaskan.
Kenapa potasium saya rendah? Ya karena hyperemesis. Mual dan muntah parah menyebabkan tubuh menyerap sedikit sekali zat-zat penting. Karena memang belum sedetik saya makan atau minum, langsung keluar seketika itu juga. Alih-alih menyerap zat penting, yang ada zat yang tadinya sudah ada di dalam tubuh ikutan keluar bersama cairan lambung.
Sehingga, untuk meningkatkan jumlah potasium ke kadar normal, cairan potasium pun di suplai melewati cairan infus. Dan, rasanya ga enak 😢. Tangan kerasa terbakar terutama kalo cairan infus sudah habis. Ya Allah ... baru kerasa nikmat nya sehat 😢😢😢
HYPERTHYROID & LOW POTASIUM SAAT HAMIL
Lalu apakah 2 gejala ini berefek buruk terhadap janin?
Jujur lagi, dokter sama sekali tidak menginfokan tentang hal ini. Dokter hanya menjelaskan bahwa kondisi seperti ini bukanlah kondisi yang baik. Jangankan untuk ibu hamil, buat yang tidak hamil pun kondisi seperti ini harus segera ditangani. Dan orang awam seperti saya ya ngangguk-ngangguk saja. Saya benar-benar lempeng. Yang terpikir saat itu hanyalah bagaimana caranya sepulang dari rumah sakit pola makan dan pola tidur kembali normal biar saya bugar dan bisa kembali menjalankan peran sebagai istri dan juga ibu.
Kenapa? Karena memang saya sempat beralih menjadi pecinta minuman soda selama 1 minggu sebelum akhirnya masuk ED yang pertama. Setelah keluar dari ED yang pertama, saya beralih ke sirop marjan (satu-satunya sirop Indonesia yang bisa ditemukan disini😆) untuk sekedar memenuhi kebutuhan minum saya yang saat meminum air putih (dingin, anget ataupun biasa) selalu ditolak tubuh. Dan tentunya saya sadar hal ini tidaklah baik, baik untuk tubuh saya ataupun bagi janin.
Alhamdulillah, setelah menjalani perawatan intens selama 3 hari di rumah sakit, hingga saat saya menuliskan blog ini saya sudah kembali ke kehidupan normal. Normal ala ibu hamil. Yang masih suka kehilangan nafsu makan tapi lapar. Yang masih merasa mual dengan muntah dalam jumlah yang wajar. Dan mudah kelelahan tapi tetap bisa beraktivitas sekedar menemani anak-anak bermain atau bercengkrama dengan keluarga dan tetangga. Dan yang terpenting, saya kembali bisa ngeblog meski masih belum rutin 😍😍😍 #pentingini, buat me time 😁
Demikianlah secuil pengalaman saya yang entahlah berfaedah atau tidak. Ada kepuasan tersendiri ketika bisa mengabadikan pengalaman ini dalam blog tercinta ini. Meski tidak detail, paling tidak bisa mengikat memori dalam menjalani proses kehamilan kedua ini.
Terimakasih buat teman-teman dan terutama keluarga yang selalu setia mendoakan. Terlebih buat suami dan anak-anak saya tercinta yang dengan sabar merawat saya dengan penuh perhatian dan pengertian.
Rasa-rasanya ingin memuji-muji mereka dalam tulisan ini ... terutama anak-anak yang diumur mereka yang belum 5 tahun ini sangat mengerti bahwa Umi mereka dalam kondisi yang tidak baik.
Ada hal lucu tatkala saya hanya bertiga dengan anak-anak dan salah satu diantara mereka kebelet pup. Dengan wajah memelas dia bilang ke saya:
"Umi, Abang mau ee. Be strong pliiiiis. Buat ombehin Abang..." 😅😂
ombehin alias cebokin. Karena mereka tau saya suka mual kalo masuk kamar mandi.
Yah begitulah ... kalo dilanjut bisa panjang 😂
Columbus, 12 Mei 2018
picture from pexels |
Tantangan dalam kehamilan memang akan berbeda di setiap wanita hamil. Nyaris setiap wanita hamil memiliki kisah yang berbeda bahkan kehamilan anak pertama dengan anak berikutnya pun akan memiliki kisah tersendiri dengan tantangannya masing-masing.
Baca juga: Gimana Rasanya Hamil
Sebut saja saya, saya bukanlah Mawar 😅. Di kehamilan kedua ini, saya menderita Hyperthyroid dan Low Potasium yang mengharuskan saya mendapatkan tindakan medis secara intens selama tiga hari berturut-turut di rumah sakit dan masih dibawah kontrol dokter hingga saat ini.
Sebagai orang awam yang tidak memiliki pengetahuan sama sekali tentang 2 jenis diagnosa ini (saya kurang tau istilah yang tepat untuk menamai 2 hal ini. Penyakitkah?), saya tidak memiliki kekhawatiran apapun selain khawatir saya akan merepotkan suami dan anak-anak.
Sebelum rawat inap diputuskan, seminggu sebelumnya saya sudah sempat melewati pemeriksaan di Emergency Department (ED). Bukan karena saya kondisinya kritis, bukan. Saya ke Emergency Department karena memang satu-satunya cara untuk bisa bertemu dokter tanpa appointment ya dengan cara ini. Karena memang prosedur berobat ke dokter disini cukup berbeda jika dibandingkan di negara kita. Di Indonesia kita bisa dengan bebas datang memeriksakan diri ke dokter praktek, baik ke klinik 24 jam atau langsung ke rumah dokter yang buka praktek sendiri.
Saat kunjungan pertama ke ED ini, saya memang hanya menderita hyperemesis gravidarum yang menyebabkan tubuh saya mengalami dehidrasi ringan. Hanya 1 labu cairan infus saja yang saya butuhkan saat itu. Setelah diresepkan multivitamin kehamilan, saya pun diperbolehkan pulang.
Keesokan hari setelah dari ED ini, kondisi saya tidak mengalami perubahan yang berarti. Hyperemesis makin menjadi-jadi setiap harinya. Hingga 10 hari dari ED yang pertama, akhirnya suami saya memutuskan membawa saya kembali ke ED. Kenapa? Karena kondisi saya yang semakin hari semakin memburuk meskipun sudah memaksakan diri untuk makan dan minum dan sempat jatuh pingsan sekali dengan badan yang gemetaran.
Baca juga: Berencana Hamil Kedua?
Tadinya saya mau mencoba bertahan sekuat tenaga (berasa lirik lagu yaks 😅😂) menunggu appoitment dengan OB/GYN yang hanya tinggal 3 hari saja. Tapi memang tak bisa dibohongi, selain rasa haus yang luar biasa, tubuh saya memang terasa sangat lemah hanya sekedar untuk ke kamar mandi. Jadilah kami siang hari itu menuju ED untuk yang kedua kalinya.
Memilih memeriksakan diri ke ED artinya bersiap menunggu berjam-jam lamanya. Rangkaian pemeriksaan hanya sekitar 3 jam, sedangkan waktu menunggu dari satu ruang pemeriksaan ke ruang pemeriksaan lain bisa mencapai 5-7 jam. Tergantung jumlah pasien dan tenaga medis yang bertugas saat itu.
Nah, disinilah cerita bermula. Setelah menunggu 5 jam, barulah saya dipanggil untuk menjalani pemeriksaan di emergency room. Saya pikir saya hanya akan diperiksa dengan stetoskop lalu ditanya-tanya gejala-gejala yang saya rasakan. Ternyata, pemeriksaan bukan sekedar menggunakan stetoskop saja. Namun lebih dari apa yang saya bayangkan.
Setelah mengganti atasan dengan atasan khusus pasien rumah sakit (saat ED yang pertama saya tidak diminta menggunakan pakaian pasien), nurse yang bertugas menempelkan lebih kurang 20 sticker di sekujur badan bagian atas saya, di perut, dada atas, bahu, dan dada kiri dibawah payudara. Disinilah saya merasa sepertinya ada yang salah dengan sistem tubuh saya. Masalahnya kok ya sebegini amat diperiksanya 😂😂😂. Tapi segera saya tepis pemikiran itu. Saya beranggapan pihak rumah sakit hanya berlebihan saja.
Singkat cerita, saya mengalami Hyperthyroid dan kadar potasium yang sangat rendah plus hypersaliva. Penyebabnya?
HYPERTHYROID & HYPERSALIVA
Berdasarkan dari penjelasan dokter saat saya dirawat, produksi tiroid saya menunjukkan angka yang tidak normal, yaitu di atas angka yang seharusnya. Tadinya saya berfikir mungkin inilah yang menyebabkan saya hypersaliva (liur berlebih). Namun setelah konfirmasi ke dokter bukan inilah penyebabnya.
Hyperthyroid sendiri terjadi karena tubuh saya membaca hormon yang dihasilkan janin (hormon HCG) di dalam tubuh saya sebagai benda asing yang membahayakan. Sehingga autoimun bereaksi bekerja untuk 'melawan' benda asing ini, dalam hal ini kelenjer tiroid lah yang reaktif. Sehingga dia memproduksi hormon tiroid lebih banyak dari yang seharusnya.
Saat itu dokter mengatakan bahwa hormon HCG dan hormon tiroid saya berjumlah imbang dengan perbandingan 50:50. Mereka 'balap-balapan' dalam memproduksi hormon. Dan inilah yang dicurigai sebagai penyebab saya mengalami mual dan muntah hebat karena 2 hormon ini memicu peningkatan asam lambung. Begitu yang saya tangkap 😆😆😆
Lalu kenapa produksi liur saya juga banyak? Dokter menduga karena reaksi dari asam lambung yang merangsang liur diproduksi lebih banyak terutama setelah saya muntah. Dan memang tampaknya demikian. Karena setelah mual muntah berkurang, liur pun kembali normal kecuali disaat saya mengalami muntah lagi. (dan alhamdulillah sudah 1 bulan saya bisa beraktivitas normal meski tetap harus membatasi diri agar tidak terlalu kecapean ... aduuuuuuuuh ... berasa gimanaaaaaa gitu. 😂)
Singkat cerita yang memang udah panjang ini, untuk menormalkan produksi hormon tiroid ini, saya harus menjalani cek darah rutin dan bedrest yang tentunya ditemani obat-obatan 😆.
LOW POTASIUM
Jujur, ketika dokter bilang potasium saya rendah, saya ga ngerti potasium itu apa hahaha. Saya cuma tau magnesium wkwkwk. Jadilah saat itu saya dan suami googling donk. Dan okeh, ngerti. Kemudian baru saya nyambung dengan apa yang dokter jelaskan.
Kenapa potasium saya rendah? Ya karena hyperemesis. Mual dan muntah parah menyebabkan tubuh menyerap sedikit sekali zat-zat penting. Karena memang belum sedetik saya makan atau minum, langsung keluar seketika itu juga. Alih-alih menyerap zat penting, yang ada zat yang tadinya sudah ada di dalam tubuh ikutan keluar bersama cairan lambung.
Sehingga, untuk meningkatkan jumlah potasium ke kadar normal, cairan potasium pun di suplai melewati cairan infus. Dan, rasanya ga enak 😢. Tangan kerasa terbakar terutama kalo cairan infus sudah habis. Ya Allah ... baru kerasa nikmat nya sehat 😢😢😢
HYPERTHYROID & LOW POTASIUM SAAT HAMIL
Lalu apakah 2 gejala ini berefek buruk terhadap janin?
Jujur lagi, dokter sama sekali tidak menginfokan tentang hal ini. Dokter hanya menjelaskan bahwa kondisi seperti ini bukanlah kondisi yang baik. Jangankan untuk ibu hamil, buat yang tidak hamil pun kondisi seperti ini harus segera ditangani. Dan orang awam seperti saya ya ngangguk-ngangguk saja. Saya benar-benar lempeng. Yang terpikir saat itu hanyalah bagaimana caranya sepulang dari rumah sakit pola makan dan pola tidur kembali normal biar saya bugar dan bisa kembali menjalankan peran sebagai istri dan juga ibu.
Kenapa? Karena memang saya sempat beralih menjadi pecinta minuman soda selama 1 minggu sebelum akhirnya masuk ED yang pertama. Setelah keluar dari ED yang pertama, saya beralih ke sirop marjan (satu-satunya sirop Indonesia yang bisa ditemukan disini😆) untuk sekedar memenuhi kebutuhan minum saya yang saat meminum air putih (dingin, anget ataupun biasa) selalu ditolak tubuh. Dan tentunya saya sadar hal ini tidaklah baik, baik untuk tubuh saya ataupun bagi janin.
Alhamdulillah, setelah menjalani perawatan intens selama 3 hari di rumah sakit, hingga saat saya menuliskan blog ini saya sudah kembali ke kehidupan normal. Normal ala ibu hamil. Yang masih suka kehilangan nafsu makan tapi lapar. Yang masih merasa mual dengan muntah dalam jumlah yang wajar. Dan mudah kelelahan tapi tetap bisa beraktivitas sekedar menemani anak-anak bermain atau bercengkrama dengan keluarga dan tetangga. Dan yang terpenting, saya kembali bisa ngeblog meski masih belum rutin 😍😍😍 #pentingini, buat me time 😁
Demikianlah secuil pengalaman saya yang entahlah berfaedah atau tidak. Ada kepuasan tersendiri ketika bisa mengabadikan pengalaman ini dalam blog tercinta ini. Meski tidak detail, paling tidak bisa mengikat memori dalam menjalani proses kehamilan kedua ini.
Terimakasih buat teman-teman dan terutama keluarga yang selalu setia mendoakan. Terlebih buat suami dan anak-anak saya tercinta yang dengan sabar merawat saya dengan penuh perhatian dan pengertian.
Rasa-rasanya ingin memuji-muji mereka dalam tulisan ini ... terutama anak-anak yang diumur mereka yang belum 5 tahun ini sangat mengerti bahwa Umi mereka dalam kondisi yang tidak baik.
Ada hal lucu tatkala saya hanya bertiga dengan anak-anak dan salah satu diantara mereka kebelet pup. Dengan wajah memelas dia bilang ke saya:
"Umi, Abang mau ee. Be strong pliiiiis. Buat ombehin Abang..." 😅😂
ombehin alias cebokin. Karena mereka tau saya suka mual kalo masuk kamar mandi.
Yah begitulah ... kalo dilanjut bisa panjang 😂
Columbus, 12 Mei 2018
Iiih...toss, Kan. Saya juga mual parah sebulan terakhir. Muntahnya malah jarang. Kadang sengaja kumur-kumur supaya muntah aja biar lega. Ternyata enggal juga. Alhamdulillah masuk minggu ke 13 sudah membaik, udah nge-blog lagi. Toss jugaaak
BalasHapusmana share pengalamannyaaaaa ... biar ngerasa ada temen huhuhu ... soalnya ga enak banget pas ada tetanggaku bilang 'ih kok kamu hamil bisa gitu sih???!!!' 😢😢😢😢
Hapusdan aku hanya bisa menjawab becanda ... 'ya begitu deeeeh'
skrg udah week brp kak?
Sehat2 ya Bumil. Moga semua lancar biar tetap ngeblog lagi. Pantasan, kayaknya kemarin jarang lihat Mbak di group, biasanya sering lihat diskusinya :)
BalasHapusMbak, yang hamil pertama kayak gini juga ga? #kepo
BalasHapusga sampe dirawat mbaaaa ... cuma mual muntah aja dan lemes2 dikit. tp masih bisa beraktivitas .... aq share tulisan hamil pertama itu di tulisan yg judulnya 'gimana rasanya hamil'. hehehehe
Hapusaamiin ... makasi mba diaaaah ... hehehe ... aq mau nimbrung tapi udah keburu gemetaran .. ya sudahlah cuma bisa nyimaks dan kemudian ketinggalan topik .. makanya muncul2 rada teu nyambung hahaha
BalasHapusaamiin ... makasi mba diaaaah ... hehehe ... aq mau nimbrung tapi udah keburu gemetaran .. ya sudahlah cuma bisa nyimaks dan kemudian ketinggalan topik .. makanya muncul2 rada teu nyambung hahaha
BalasHapusunniiii. Sehat2 selalu yaaa hihihi
BalasHapusmakasi octy ... kamu juga yaaaaaa 😘😘😘😘
Hapuswaah mbak hipertiroid ya? trus sekarang gmn sudah normalkah? setahu saya hamil dlm kondisi hipertiroid memang normal tapi ya jadi gak normal sih kl sudah mengganggu aktivitas kita
BalasHapuskalo saya memang penderita hipertiroid 6 tahun ini..dan udah 2 x hamil dlm kondisi hiper. rasanya maknyuuusss deh mual n muntah hebat ya aku pernah merasakannya. tapi kehamilan yg terakhir sepertinya hormon gak terlalu tinggi banget sehingga gak mual muntah seperti sebelumnya.
mbak banyakin konsumsi pisang dan air kelapa ya buat supply potasium
salam kenal dari dwi di bogor
Alhamdulillah skrg udah normal lagi mba ... saya jujur baru kenal sama hyperthyroid ini ... hiks ... dlu hamil pertama (kembar) juga mual muntah parah. Tp saya masih kuat beraktivitas. Yg hamil kedua ini bener2 bikin lemah ..
HapusSemoga cepet sembuh ya mba .. hebat 6 th hyperthyroid saya ga kebayang ...😭😭 ...
Alhamdulillah meski skrg harus rutin minum obat .. tp jd bisa makan semua termasuk pisang. Sayang air kelapa di sini susah nyarinya mba.. yg kemasan rasanya aneh 😣 ..