Saya sering bertengkar dengan mama. Entah adu argumen, entah sinis-sinisan atau apalah. Saya bingung menjelaskannya. Entah kata 'berantem', 'bertengkar', 'berselisih pendapat' atau kata apa yang tepat untuk mengungkapkan apa yang terjadi antara saya dan mama.
Sampai akhirnya saya berkeinginan untuk tidak mau seperti mama. Tidak semuanya sih. Kalau cantik dan awet mudanya saya mau seperti mama 😉. Tapi untuk hal lain yang sering membuat atau memancing pemberontakan diri saya, saya bertekad untuk tidak seperti mama.
Seperti yang terjadi di suatu ketika itu. Saya dimarahin mama papa. Eh ini bukan lagunya trio kwek kwek ya ... Ini beneran. Saya lupa tepatnya kenapa saya dimarahin. Tapi biasanya karena saya suka berantem dengan kakak kedua saya. Ya, kami memang seperti wow wow dan meong. Benci tapi cinta.
Ketika kami dimarahi, kami yang tadinya berantem mendadak akrab. Hingga kami bersepakat, bahwa kami tidak mau seperti mama papa. Kami bersepakat, kelak ketika punya anak, kami tidak akan memarahi anak-anak kami meski mereka berantem.
Dan sekarang kami sudah menjadi orang tua. Dengan anak masing-masing dua. Bagaimana? Jadi tidak seperti mama papanya? Saya tidak tau dengan kakak kedua saya. Tapi saya pribadi, berhasil menjadi mama papa 100% 😆.
Ya! Saya menjadi ibu yang pemarah. Sampai anak-anak bilang saya monster. Tapi ketika saya dandan, pake lipstik, bedak dan kerudung, mereka bilang saya cantik 😎. Tak mengapa jadi monster, berarti monster cantik.
Dari kejadian inilah saya berkesimpulan, dan pemikiran ini muncul hasil pancingan seorang teman yang memang agak aneh orangnya, bahwa jika ingin anak tidak memiliki apa yang buruk dari kita. Maka bercita-citalah agar anak itu seperti kita. Kenapa? Karena jika kita bercita-cita anak tidak seperti kita, bisa-bisa jadi seperti kita. Seperti saya, yang tidak ingin seperti mama papa. Tapi malah jadi seperti mama papa.
Pusing?
Kalo gitu jadi diri sendiri aja. Anaknya juga jadi diri sendiri aja.
Selesai
Kalo tulisan ini dinilai aneh. Berarti yang aneh teman saya. Bukan saya. Saya cuma menuliskannya saja.
Sampai akhirnya saya berkeinginan untuk tidak mau seperti mama. Tidak semuanya sih. Kalau cantik dan awet mudanya saya mau seperti mama 😉. Tapi untuk hal lain yang sering membuat atau memancing pemberontakan diri saya, saya bertekad untuk tidak seperti mama.
Seperti yang terjadi di suatu ketika itu. Saya dimarahin mama papa. Eh ini bukan lagunya trio kwek kwek ya ... Ini beneran. Saya lupa tepatnya kenapa saya dimarahin. Tapi biasanya karena saya suka berantem dengan kakak kedua saya. Ya, kami memang seperti wow wow dan meong. Benci tapi cinta.
Ketika kami dimarahi, kami yang tadinya berantem mendadak akrab. Hingga kami bersepakat, bahwa kami tidak mau seperti mama papa. Kami bersepakat, kelak ketika punya anak, kami tidak akan memarahi anak-anak kami meski mereka berantem.
Dan sekarang kami sudah menjadi orang tua. Dengan anak masing-masing dua. Bagaimana? Jadi tidak seperti mama papanya? Saya tidak tau dengan kakak kedua saya. Tapi saya pribadi, berhasil menjadi mama papa 100% 😆.
Ya! Saya menjadi ibu yang pemarah. Sampai anak-anak bilang saya monster. Tapi ketika saya dandan, pake lipstik, bedak dan kerudung, mereka bilang saya cantik 😎. Tak mengapa jadi monster, berarti monster cantik.
Dari kejadian inilah saya berkesimpulan, dan pemikiran ini muncul hasil pancingan seorang teman yang memang agak aneh orangnya, bahwa jika ingin anak tidak memiliki apa yang buruk dari kita. Maka bercita-citalah agar anak itu seperti kita. Kenapa? Karena jika kita bercita-cita anak tidak seperti kita, bisa-bisa jadi seperti kita. Seperti saya, yang tidak ingin seperti mama papa. Tapi malah jadi seperti mama papa.
Pusing?
Kalo gitu jadi diri sendiri aja. Anaknya juga jadi diri sendiri aja.
Selesai
Kalo tulisan ini dinilai aneh. Berarti yang aneh teman saya. Bukan saya. Saya cuma menuliskannya saja.
Post Comment
Posting Komentar
Komenmu sangat berarti bagiku 😆
Makasi ya udah ninggalin komen positif ... 🤗