Selamat datang September. Selamat berakhir summer ... dan ayo semangat memulai aktivitas rutin kembali (red: bersekolah).
Menjalani liburan summer yang alhamulillah diluar dugaan padat aktivitasnya jadi bikin si summer udah mau berakhir aja. Padahal awalnya saya mengira summer ini akan berlalu garing karena mati gaya mau ngapain di rumah sama anak-anak. Kenapa khawatir mati gaya? Karena kami berencana tidak akan berlibur kemana pun, it means hanya di rumah aja 😅. Tapi alhamdulillah ternyata perjalanan liburan yang hanya di rumah aja ini ga kalah menariknya dengan liburan ngetrip ke luar kota (nyenengin hati ceritanya 😆).
Salah satu hal yang menjadikan rumah begitu menarik untuk menghabiskan liburan adalah adanya aktivitas moving in moving out alias pindah rumah pada bulan Juli lalu. Aktivitas ini cukup membuat waktu dan tenaga kami tersalurkan sempurna. Ditambah adanya pengalaman baru buat anak-anak bahwa rumah tak selamanya itu aja, bahwa rumah itu tak selamanya punya kita. Ada masanya kita harus pindah. Agar tak melekat rasa memiliki di hati akan harta yang dimiliki. Agar sadar ada Dzat yang Maha Memiliki yang mengatur setiap perjalanan hidup ini (aseeeeeeek, puitis gue).
Nah kenapa judulnya 'Rumah Penitipan'? 😅 Sebenarnya jauh-jauh sebelum kami pindah ke court (ct) baru yang bernama Cuyahoga ct. ini, saat di court lama pun (Muskingum ct. namanya) rumah kami memang sudah menjadi rumah penitipan 😂😂, berawal dari penitipan anak dan sekarang merambah ke penitipan barang 😄. Alhamdulillah kami senang, karena katanya jika kita mempermudah urusan saudara kita di dunia, maka Allah akan mempermudah urusan kita di akhirat kelak. Aamiin ...
Menariknya dari urusan penitipan ini, bukan sebuah hal yang di setting melainkan semua terjadi serba kebetulan atau lebih tepatnya serba Allah yang ngatur hehehehe (ya iyalah). Ibarat takdir dimana kejadiannya hanya Allah lah yang Tahu kita hanya menjalaninya saja.
Dalam tulisan ini saya hanya ingin sedikit berbagi refleksi diri dan pemikiran tentang makna niat dan doa dibalik kata. Ending refleksi nya nanti ada di rumah penitipan ini. Tapi cerita awalannya justru bukan dari rumah penitipan (lieeeuuuur).
Hmmmm ... Teman-teman mungkin pernah mengalami seperti apa yang saya alami ini. Dimana ketika kita memiliki sebuah niat baik, terlontarlah semua itu dalam sebuah kata-kata bernama celetukan. Lalu kemudian tak berselang lama, semua nya seperti terwujud ibarat doa yang diijabah. Namun dilain sisi, ketika kita memiliki sebuah harap yang kita panjatkan sungguh-sungguh padaNya bernama doa, lalu tak lantas dikabulkan olehNya. Padahal logikanya, doa yang dipanjatkan dengan kata celetukan yang terlontar, tentunya lebih khusyu doa dong ketimbang celetukan. Tapi kenapa Allah lebih mengabulkan celetukan ya ketimbang doa 😆. Nah kisah dibawah ini nih yang saya maksudkan sebagai refleksi diri akan kebingungan antara doa dan celetukan.
***
Sebut saja namanya Diana. Diana ini seorang mahasiswi tingkat akhir yang merasa kemampuan akademiknya biasa-biasa aja. Disela-sela penulisan skripsinya nyeletuklah si Diana ini.
"Ya Allah ... hamba ingin memperbaiki keturunan ya Allah. Biar ga seperti hamba akademiknya. Tapi mungkin ga orang seperti hamba berjodoh dengan lelaki pintar nan soleh?"
Celetukan nya berlalu begitu saja tenggelam bersama kesibukannya menyelesaikan skripsi. Berselang 2 tahun kurang, tanpa disadarinya, ternyata Diana menikah dengan seorang laki-laki yang dikenal cerdas, pintar dan soleh di jurusannya.
Dilain kesempatan dan cerita (sebelum Diana menikah tentunya) dimana Diana sudah menyelesaikan studinya dan mulai fokus menemukan jalan jodoh, Diana berdoa dalam khusyu kepada Allah.
"Ya Allah, jika dia adalah jodohku maka dekatkanlah. Namun jika dia bukan jodohku, tunjukkan aku jalan kesabaran menjalaninya"
Doa yang terdengar tulus, namun Diana menyadari bahwa sesungguhnya dia sangat menginginkan dirinya berjodoh dengan laki-laki tersebut. Perjalanan takdir pun berlalu memberikan akhir kisah perpaduan antara doa dan celetukan, ternyata celetukan Diana lebih diijabah Allah ketimbang doa khusyu Diana. Kenapa???
Terkadang kita memang lebih tulus dan ikhlas tanpa mendikte Allah ketika kita berucap harap dalam celetukan ketimbang berucap harap dalam doa. Sedangkan Allah sangat menanti hati hati nan tulus dalam doa sehingga tak ada harap melainkan hanya ridhoNya. Sehingga tak ada pinta selain hanya kepadaNya. Dengan kata lain, cukup bagiku Allah ...
Kisah celetukan dan doa ini lah yang terjadi pada saya, dimana celetukan tampaknya lebih diijabah ketimbang doa. Tapi coba liat endingnya. 😆
***
Berawal dari sebuah mobil, dimana kami harus memilih akan membeli mobil jenis apa dengan budget berapa. Lalu sampailah pada sebuah keputusan yang di dalamnya mengandung celetukan harap akan mobil yang nantinya akan kami beli ini. Begini celetukannya.
"Belinya mobil gede aja kaya minivan gitu. Ntar kan enak kalo jalan-jalan bisa ajak temen-temen yang single yang ga punya mobil. Terus kan bisa bantu orang juga selain memang ga sempit dan dugdeg juga."
"Tapi dengan budget segini kalo kita beli sedan bisa dapet yang tahun dan miles nya lebih muda dan tampilan lebih kece juga".
"Ya gimana baiknya ajalah."
Kemudian kami berlanjut nyari-nyari mobil sampai akhirnya datanglah sebuah tawaran dari orang Indonesia yang akan pindah dari state kami ke state lain dan akan menjual 1 dari sekian mobilnya. Dijual dengan harga murah dan boleh dicicil, 2 hal ini yang menjadi poin pertama yang membuat kami tersentak dan "Hmmm berarti Allah memang mengarahkan kita untuk -berbuat baik- dengan mobil ini. Karena kita dapetnya dari arah baik, orang baik, cara baik, dan tawaran yang baik" 😅
Akhirnya terpilih lah mobil minivan Toyota Oddysey ini. Mobil inilah yang semakin hari semakin membawa berkah tak hanya bagi kami namun juga bagi orang-orang sekitar kami. Dimana kesulitan orang lain dalam urusan pindahan bisa teratasi berkat si mobil ini. Meski tak jarang kami diuji dalam ketulusan dan keikhlasan niat dalam menjalaninya 😆. Yah memang urusan ikhlas dan tulus itu urusan panjang yang hanya akan berakhir kala kita sudah tiada. Yasudahlah, jalani dan nikmati aja 😂😂😂.
Sampai akhirnya si mobil ini berkoordinasi dengan si rumah yang membuat rumah pun menjelma menjadi rumah berkah tempat orang-orang menitipkan barangnya. Ada yang menitipkan barang yang akan dikirim ke Indonesia dan masih menunggu jadwal pengiriman sedangkan si empunya sudah keburu pulang ke Indo, ada yang menitipkan barang hibah dari temannya namun karena jarak dan kendala teknis terpaksa barangnya harus dititip dulu di rumah ini, dan ada pula yang menitip barang organisasi dimana suami saya pun masuk bagian kepengurusannya 😂😂😂. Alhasil rumah 603 Cuyahoga ct. ini menjadi ramai dikunjungi orang dan barang 😂😂😂. Semoga berkah untuk kita semua.
Satu hikmah yang saya rasa dan doa saya ada padanya yaitu tentang hadits dimana Allah akan meringankan urusan kita di akhirat jika kita meringankan urusan saudara kita di dunia. Kepada Allah saya memohon kelapangan hati dan pikiran dalam menjalaninya dan terus diarahkan untuk selalu mengingat bahwa apa yang terjadi di setiap detail hidup saya dan keluarga semua atas izin Allah ...
Yah begitulah, refleksi diri ini tentang rumah penitipan ini. Dan sekarang saya lagi dititipi mahasiswi baru dari Palu bernama Pujiati Sari. 😂😂😂
Yang pasti dengan status rumah penitipan ini rumah saya jadi lebih sering dikunjungi orang. Dan FYI, salah satu mimpi saya adala memiliki 'rumah singgah' seolah perlahan Allah wujudkan dengan menempa diri saya menjadi 'siap' menerima singgahan barang dan orang. Karena menjadi makhluk sosial seutuhnya itu tidak semudah membayangkannya.
Jadi ending dari refleksi diri ini adalah ... bahwa niat yang tulus meski hanya terlontar berupa celetukan akan lebih didengar Allah ketimbang doa yang tak diiringi kekosongan harap kepada makhluk. So, luruskan niat kosongkan hati dan isi dengan nama Ilahi Rabbi sebagai satu-satunya tempat mengadu harap.
Dan saya menyadari kisah rumah penitipan ini belum berakhir. Terlebih rumah penitipan ini begitu 'menguji keikhlasan' saya dalan menjalaninya, tapi saya yakin ... Allah akan memberikan kejutan-kejutan dalam hidup kita disetiap kali kita mampu menempa diri untuk yakin akan garis takdir terindahnya.
Semoga celetukan ikhlas kita bisa berkolaborasi dalam doa khusyu kita ya ... biar hasilnya lebih cetar dan menggetarkan jiwa ... aamiin.
Columbus, 4 September 2017
NB: kisah-kisahnya agak dimodifikasi untuk kepentingan pemilihan diksi aja 😅 tanpa mengurangi keaslian ceritanya. Karena semua ceritanya itu kisah saya sendiri 🙈