Ini SS status kakak saya saat tulisan masih bisa di akses. Duh sedih yak ... |
Ini dia sang tuan rumah. Pak Ibrahim dan Bu Diana. |
Suasana saat Takbiran sembari menunggu jamaah lain. Photo by Vidi |
Wajah kemeriahan pasca shalat, senyum merekah semua 😊. Photo by Vidi. |
Suasana keakraban pasca shalat. Photo by unknown 😅 |
Suasana persiapan tempat H-1 lebaran. Penuh Keakraban. Photo by Vidi. |
Halal bi halal pasca Shalat Eid. 😍😍😍 |
Komunitas Indonesia di Columbus |
Khutbah dari Khatib dadakan semoga menambah makna lebaran. Photo by Ardiyanto. |
Siang ini seperti biasa kami bermain di taman bermain komplek apartemen. Dan saya seperti biasa izin me time ke anak-anak. Tak berapa lama, datang anak lain ikut bermain. Alhamdulillah ... mereka jadi makin seneng karena ada temennya, jadi bisa main makin lama alias me time emaknya juga jadi bertambah 😆😆
Tiba-tiba, Ziad teriak dan Zaid menangis. Ternyata Zaid terjatuh. Disinilah awal cerita baru bermula. Babak baru pengasuhan 2 anak kembar yang berbeda karakter.
"Dede bisa, teman bisa, babang ndak bisa", ungkap Zaid sembari nangis sesegukan menahan sakit dipinggangnya pasca jatuh.
Ya Rabbi ... dada saya terasa sesak. Ada babak baru yang lupa saya persiapkan. Atau lebih tepatnya agak terkaget untuk menghadapinya. Tadinya saya hanya menganggap biasa saja kebiasaan Zaid yang sering menyerah sebelum berperang. Dan karakter ini bertolak belakang dengan Ziad yang sedari dulu selalu optimis meski akhirnya dia menyadari bahwa sesuatu itu sulit dilakukan.
Pengasuhan anak kembar, jujur saja tak mampu berjalan sesempurna dan serapi pengasuhan anak di sekolah. Dimana catatan perkembangan anak tertulis rapi dan bisa dilihat kembali sebagai bahan evaluasi. Sedangkan saya? Hanya mampu menyimpan dalam memori pola karakter mereka berdua. Tanpa bisa memastikan apakah benar karakter A itu ada di Ziad dan B itu ada di Zaid. Karena tak jarang mereka sering bertukar karakter atau bisa jadi efek saling mempengaruhinya mereka berdua.
Tampaknya salah satu solusi yang bisa saya lakukan untuk menumbuhkan rasa percaya diri Zaid adalah dengan dating time bersama Zaid. Menghabiskan waktu hanya berdua dengan melakukan hal-hal menantang untuk membuktikan bahwa dia bisa melakukannya.
Sedangkan solusi lain berupa dorongan melalui contoh yang ditunjukkan Ziad nya hanya membuat Zaid merasa semakin kecil diri. Karena memang karakter Zaid yang tak mau kalah dengan Ziad. Sedangkan Ziad memiliki karakter yang mau mengalah. Ziad juga sangat membuka diri untuk diajari oleh siapapun ketika dia belum mampu, termasuk diajari oleh Zaid.
Ya! Zaid sang perfeksionis dengan gengsi selangit hanya bisa dilembutkan lewat kesempatan yang kita berikan agar dia berfikir tentang apa yang telah dia lalui. Sedangkan Ziad sang sanguin yang easy going ... semoga saja mereka bisa saling dorong dan motivasi ...
Jujur, semakin memasuki usia sekolah semakin deg deg ser dengan perkembangan 2 anak ini. Semoga saya mampu menjadi ibu yang bijaksana ... bahwa setiap anak memiliki kemampuan masing-masing.
Ini cerita random pasca insiden panjat memanjat yang berujung jatuhnya Zaid. Gambaran peristiwa nya sedikit banyak tergambar lewat foto ya ... 😊
Columbus, 27 Juni 2017
Berada di negara adidaya, sempat membuat saya agak merasa berkecil hati terkait pengasuhan anak. Karena konon katanya sebagian besar orang tua di negara maju sangat memperhatikan pola asuh terhadap anak-anak mereka. Entahlah, yang saya dengar begitu. Seolah semua orang tua di negara maju itu adalah orang tua sempurna.
Tapi manusia tetaplah manusia. Informasi dan berita yang tersebar tentulah hanya sekelumit kisah sempurna dibalik ribuan kisah 'tak sempurna'. Karena menjadi orang tua 'sempurna' tentunya tak semudah alkisah yang didendangkan atau teori yang disampaikan. Banyak faktor yang menjadi faktor keberhasilan seorang manusia dewasa dalam 'men-create' manusia-manusia kecil nya menjadi 'anak yang diidamkan'.
Setelah nyaris 1 tahun disini, aneka warna pengasuhan anak pun semakin membuat saya berangsur membaik dalam pola pikir perihal 'anak yang diidamkan'. Dimana dahulu, sangat frustrasi ketika anak bertingkah 'tidak wajar' menurut orang dewasa. Dimana dahulu saya akan sangat panik ketika anak menunjukkan prilaku yang membuat manusia dewasa 'gatal' untuk membanding-bandingkan mereka.
Lain lubuk lain ilalang, lain dulu lain sekarang. Itulah pepatah yang tepat 😄. Entah terlambat atau tidak, yang pasti kesadaran akan 'anak yang diidamkan' bukan lagi anak yang tumbuh sesuai keinginan kita melainkan anak yang tumbuh sesuai fitrah mereka membuat saya semakin memperbesar rasa syukur setiap harinya. Kepanikan ataupun semua bentuk sikap negatif yang dulu pernah muncul efek dari belum siapnya saya diamanahi 2 makhluk kecil sekaligus ini perlahan berubah menjadi nilai-nilai positif yang bisa diambil. Dimana kehidupan yang diberikan Nya kepada kita bukan lah soal ukur mengukur kemampuan melainkan perihal seberapa kuat keinginan kita untuk berjuang demi memperoleh 'predikat terbaik' dihadapanNya, bukan manusia.
Ya! Berada dibalik jeruji 'anak idaman' tampaknya harus segera kita buang dan merubahnya menjadi 'anak beriman'. Karena jika beriman, pastilah diidamkan. Tapi belum tentu yang diidamkan itu adalah beriman.
Inilah hasil penglihatan yang membuat saya berfikir. Penglihatan fenomena para 'manusia bule' yang selama ini kita agung-agungkan kekerenan nya dalam mengasuh anak. Semoga kita tidak lagi memukul rata bahwa bule lebih keren dari orang Indonesia atau sejenis nya. Kenapa? Karena keren atau tidaknya pengasuhan itu sifatnya kasuistik. Entahlah kalau sudah ada prosentasenya ya. Yang pasti negara berbudaya seperti di Indonesia lebih bisa maju jika semangat belajar menjadi orang tua seutuhnya seperti tren saat ini terus dijaga. Saya yakin!! Indonesia akan lebih keren dari Amerika.
Columbus, Juni 2017
NB: curhatan setelah sekian kalinya melihat fenomena bule-bule 'tak sempurna' dalam mengasuh anak. Dan rada komplain jika masih ada ibu-ibu di Indonesia yang membanding-bandingkan bule sama non bule (tau lah ya penggunaan kata bule ini di Indonesia refer to siapa nya 😂) ... Ah akhir tulisan yang profokatif dan emosionil ya 😂😂😂😂😂. Inilah curhatan saya ... #cintaiindonesia #optimisindonesiamajujaya #indonesiaberbudaya #indonesiaberkarisma #majulahorangtuaindonesia
Yey Alhamdulillah akhirnya bisa juga kasih review resep tiramisu pasca 3 kali eksekusi.
Pertama kali eksekusi resep tiramisu bareng tetangga orang Indonesia disini pake resep ini. Resep yang ditulis orang Indonesia yang (tampaknya) juga penggemar tiramisu. Resepnya simple tanpa telor. Tinggal pur campur para krim. Dan resep ini rekomendid buat kamu-kamu yang sangat-sangat pengeeeeeeeen makan tiramisu homemade. Karena bahan-bahan nya gampang ditemukan dan simple cara pembuatannya.
Tapi ... jujur saya tetap saja penasaran mengeksekusi resep tiramisu yang mendekati resep aslinya. Resep dengan menggunakan triple cream 👉 custard, mascarpone, dan whipping cream yang katanya menjadi rahasia utama dari sebuah kelezatan tiramisu #eitdah.
Berhubung bahan tiramisu terutama ladyfingers/savoy dan mascarpone nya rada susah ditemukan. Jadilah saya ngumpulin bahannya nyicil 😂. Setelah semua bahan lengkap ... akhirnya saya mencoba eksekusi sendiri resep international ini (karena ditulis bule 😅). Ini eksekusi kedua saya. Tapi jadi eksekusi pertama buat saya karena masak sendiri tanpa tetangga ... hehehehe.
Di eksekusi kali ini saya menggunakan mascarpone demi bisa memuaskan rasa penasaran. Niatan hati ingin eksekusi kali ini langsung sukses ternyata tidak tercapai. Ada masalah pada heavy whipping cream nya yang tidak mengembang kaku ketika saya mixer. Sehingga overmixing dan menjadi butter ... hiks. Untuk eksekusi yang ini saya menghabiskan 1 botol heavy whipping cream ukuran besar ... dengan 2 kali gagal mixer dan 1 kali cukup berhasil. Adonan yang cukup berhasil inilah yang saya gunakan untuk campuran adonan krim tiramisu meski membuat krim bertekstur lebih encer dari yang seharusnya. Soal rasa??? Tidak merusak rasa sama sekali. Tiramisu tetap uenaaaaaaaak dan bikin ketagihan karena sangat creamy tapi ga bikin eneg ... #nyomnyom
Baca juga: Resep Tiramisu Creamy bin Halal
Merasa gagal di percobaan sebelumnya. Saya pun memutuskan untuk kembali mengeksekusi resep international ini. Tapi sayangnya mascarpone sudah tidak ada. Sedangkan toko terdekat tidak menjual keju jenis ini. Hiks. Yowes. Cream cheese sajah! Klitak klituk ... saya pun kembali ngotak ngatik bahan tiramisu 😆😆😆 dan ... executioooong ...
Deg deg ser juga ketika ngemixer heavy whipping cream. Khawatir gagal lagi. Khawatir ga whipping up alias ga kaku. Kalo ga kaku lagi, artinya krim akan encer lagi .... huwoooooo ... Bismillah ... inhale exhale 😥😥😥
Tadaaaaaaaaaa ... alhamdulillah ... perfect!!!! Inilah tekstur krim yang saya dambakan. Lembut tapi tidak encer. Lumer dimulut ... nyom nyom ... Jadilah timbangan BB makin bergeser ke kanan 😂😂😂 Meski rasa tiramisu menggunakan cream cheese ini ada sedikit perbedaan dengan penggunaan mascarpone. Tapi bagi saya tetap saja rasanya enak dan bikin ketagihan. Karena memang saya pecinta dunia krim seperti ini 🙈🙈🙈
Oh ya, sedikit review resep. Resep 1 tanpa telor (tanpa adonan custard) memiliki rasa nyaris seperti cheesecake yang disajikan dengan biskuit ladyfingers dicelup kopi (biasanya cheesecake disajikan dengan base biskuit graham crackers). Tentunya ada perbedaan rasa dan kepuasaan dengan resep international yang menggunakan telur untuk adonan custardnya. Dimana rasanya lebih saling mengikat dengan paduan sempurna tiramisu yang tidak bisa saya gambarkan dengan kata-kata (maaf kalo lebay 😅).
Jadi kalo dibikin skema perbedaan resep orang Indonesia dengan resep dari si bule (duh maaf ya saya kesulitan menamai resep-resep ini ... jadilah pake kode negara berdasarkan bahasa yang digunakan penulis resep di blog mereka 🙈)
🍰 Tiramisu Indo
Adonan whipped cream + creamchesee/mascarpone
🍰Tiramisu bule
Adonan custard + adonan whipped cream + mascarpone
Jadi selain perbedaan dalam menggunakan keju nya (antara cream cheese dan mascarpone) juga terdapat perbedaan pada jenis adonan yang dicampur dalam pembuatan cream tiramisu nya.
Demikian sedikit review resep tiramisu yang pernah saya eksekusi. Mudah-mudahan bahasa nya ga bikin pusing ya ... Segala resep clickable ya ... jadi feel free to click. 😄
Btw ... saya gagal menciptakan foto yang indah ... hiks. Selain udah keburu dicolek anak-anak ... ternyata susah ya motongin tiramisu agar tetap indah 😂😂😂. Tapi ga papa deh ... si Laura in the kitchen aja yang udah punya channel pribadi di you tube bikin tiramisu nya juga percis saya kok berantakannya ... Ga percaya? klik aja ... hihihihihi
Columbus, 8 Juni 2017
NB: kehalalan tiramisu terdapat pada kopi yang digunakan. Selagi kita menggunakan kopi yang sudah jelas kehalalannya ... plus tidak memasukan campuran alkohol rasa kopi (kahlua) ataupun rum ... maka in sya allah tiramisu kita halalan thoyyiban ... 😊. Kalo untuk bahan lain, pake aja bahan yang udah ada halal MUI nya ya buat temen-temen yang di Indonesia. Buat yang di US, pilih produk dengan tanda (U), K, atau cRC sebagai tanda untuk ingredient non animal.