Bukan, saya bukanlah pendakwah. Saya hanyalah hamba yang risih dengan segunung dosa. Malu menghadapi aib yang ada. Dan juga merasa hina atas papa diri yang tak jarang alfa.
Bukan, saya bukan manusia suci. Bukan pula makhluk keji. Mungkin diantaranya. Saya hanyalah manusia yang mencoba berbuat terpuji meski dalam tatih diri.
Ya, inilah jalan itu. Jalan kehidupan. Warnanya bak langit senja dalam temaram jendela berselimut warna. Terlihat indah namun tak bisa dinikmati lama. Terasa mudah melukisnya namun seringnya tertatih payah.
Segenap orang menamainya jalan dakwah. Jalan para pejuang katanya. Jujur, entah hijab dosa yang membuat diri ini semakin payah menata hati agar tak patah. Agar semangat tetap memerah. Meski kamu, dia tak lagi merekah bersama jalan dakwah ini.
Tidak, tidak usah kita namai dakwah. Sebut saja dia indah. Karena bersama di dalamnya kita menjadi indah tampaknya ... indah hubungannya ... dan indah ceritanya.
Hari ini, ada yang tertatih dalam himpitan waktu. Ya, aku tau bagaimana perihnya. Tapi mungkin aku tak tau bagaimana yang dia rasa tepatnya.
Warna warni jalan ini begitu bias hingga ku tak mampu melukis indahnya. Ya indahnya. Terkadang ingin ku terus mencoba menggurat cahayanya ... tapi sering pula ku patah dalam gurat warna nya ...
Semoga jalan ini memberi warna warni berbekas indah untuk mu .. untukku .. untuk kita. Mungkin tidak sekarang. Tapi nanti. Percayalah. Dan aku selalu berdoa agar warna warninya tetap ada selama ku masih bernyawa. Dimanapun ku ... dimanapun kita. Semoga.
Columbus, 4 Maret 2017
Post Comment
Posting Komentar
Komenmu sangat berarti bagiku 😆
Makasi ya udah ninggalin komen positif ... 🤗