Akhir-akhir ini pikiran saya digiring untuk selalu memikirkan karakter atau kepribadian seseorang. Bukan untuk mencenayangi (alias meramal 😆) orang tersebut begini begitunya, tapi untuk mengevaluasi jangan-jangan saya memiliki karakter yang kurang pas tersebut.
Memaknai kalimat "Setiap manusia pasti ada kelebihan dan kekurangannya", saya kembali merenung. Dan agak sedikit tersadar (baru sadar tepatnya 😩) ternyata makna kalimat itu dalam juga ya. Kalimat yang sering dilontarkan orang tua saya tatkala kami mendapati prilaku kurang patut dari orang terdekat kami semisal keluarga atau tetangga atau rekan kerja.
Tadinya saya berfikir kalimat tersebut hanya sebatas "oh iya, si anu kekurangannya inu, si ani kekurangannya ini". Ternyata, masuk ke dalam fase kehidupan 'nyata' (sebelum nikah kehidupan saya fana 😂😂😂) dimana saya tak lagi bisa mengadu ke orang tua dan harus menghadapi permasalahan lika liku hidup sendiri (kadang bareng suami 😆) membuat saya berfikir lebih mendalam (ecieeeeee). Bahwa kalimat nasehat tersebut tak sebatas kita mengetahui si A dengan kekurangan dan kelebihannya melainkan lebih dari itu. Bagaimana kekurangan tersebut kita tinggalkan dan yang baik itu kita contoh.
Selagi kita masih manusia dengan karakteristik dasar baik dan buruk yang selalu mengikuti, selama itu pula kita harus membuka hati sedemikian lapang untuk memberi maaf. Agar apa yang menjadi kekurangan kita pun diberikan maaf oleh para manusia lain. Paling tidak Tuhan nya kumpulan manusia ini Maha Mengetahui hati-hati manusia mana yang bersungguh dalam pinta maaf nya dengan yang hanya sekedar basa basi belaka. Jadi, jika kesalahan kita tak dimaafkan manusia dengan segenap kesungguhan kita, semoga Allah memaafkan kita dan melembutkan hati manusia-manusia lain.
Tidak ada manusia yang lebih baik dari pada para anbiya. Apalagi kita manusia yang hidup di akhir zaman.
Tidak ada manusia yang luput dari kesalahan, sehingga kelapangan hati untuk memaafkan sangat dibutuhkan.
Tidak ada manusia yang terbebas dari kekhilafan, sehingga berprasangka baik atas kekhilafan itulah yang diharapkan.
Pembelajaran hidup ini benar-benar membuat saya pening untuk bisa memaknai nya. Karena saya pun pastinya pernah berbuat khilaf yang menggurat hati nan papa ... Semoga saya digiring hatinya untuk peka terhadap siapa yang saya guratkan luka. Semoga ...
Columbus, 28 Maret 2017
Post Comment
Posting Komentar
Komenmu sangat berarti bagiku 😆
Makasi ya udah ninggalin komen positif ... 🤗