Waktu bergulir begitu cepat. Dulu masih sibuk sama dunia ibu-ibu pasca melahirkan, sekarang anak-anak nya udah gede aja. Berasa mimpi nyampe ke fase ini, apalagi orang tua kita ya, pasti mimpi terus kok anak-anaknya udah beranak lagi #nyengir.
Setelah sekian dekade ga posting tulisan tentang anak-anak, akhirnya pengen lagi nulis seputar tumbuh kembang anak-anak. Blog ini lahir karena anak-anak. Keunikan mereka membuat saya panik dan butuh media untuk menyalurkan energi negatif hingga bisa berubah positif. Akhirnya menulis blog menjadi salah satu solusi yang saya pilih dalam menghadapi kepanikan menjadi emak-emak baru. Dan itu pun baru 1 tahun yang lalu, alias saat anak-anak berusia 2 tahun.
Menjadi ibu dari dua anak laki-laki seusia (kembar) menjadi tantangan sekaligus cobaan tersendiri buat saya. Ditambah kondisi dimana hubungan pernikahan harus berlangsung dalam jarak jauh. Tentunya ada yang dirasa kurang. Namun seiring berjalannya waktu, ternyata memang benar, fase baru dan terberat sekalipun dalam kehidupan kita adalah pelajaran di kehidupan masa depan kita.
Fase demi fase parenting dalam kehidupan saya, seperti halnya yang dialami ibu-ibu lainnya, merupakan fase-fase baru yang cukup dirasa berat. Ilmu yang masih sangat kurang perihal kehamilan, perawatan bayi, dan tumbuh kembang anak menjadi momok tersendiri dalam menjalani kehidupan saat itu. Seolah idealnya sebuah ilmu tertabrak dengan realita yang ada. Minim nya kebijaksanaan berfikir akhirnya memunculkan kepanikan berlevel. Semakin tidak bijaksana dan saklek, semakin tinggi pula kepanikan yang muncul.
Dan saat ini, sebenarnya permasalahan belumlah usai selagi jiwa masih di raga. Perbedaannya, saat ini hidup mengalir lebih beritme berbekal pengalaman dan secuil ilmu. Menikmati tumbuh kembang anak lebih prioritas ketimbang sibuk mengontrol tumbuh kembang mereka yang masih belum mampu menyusul anak seusia mereka. Alhasil? 3 bulan di sini anak-anak jauh berkembang pesat, terutama untuk kemamouan komunikasi mereka-alhamdulillah (yang baca tulisan saya mengenai speech delay, tau kan betapa paniknya saya saat itu terutama saat anak-anak harus diterapi #hiks).
Lalu apa kabar ZaZi sekarang?
Alhamdulillah si kembar ini semakin tertarik dengan kosa kata baru. Tak jarang mereka berlomba untuk memberikan pengucapan kata yang benar. Hidup dalam bahasa utama bukan lagi bahasa Indonesia pun alhamdulillah tidak menjadi kendala utama mereka untuk bersosial dan berinteraksi. Malah semakin hari semakin menambah keyakinan saya bahwa anak-anak memanglah titipan dimana kita hanya diminta menjaga dan mendidiknya dengan optimal, jadi jangan mematok hasil. Keyakinan seperti inilah yang akhirnya membuat saya lebih enjoy dalam mengajarkan hal baru pada anak-anak.
Setiap anak itu unik, dari dulu saya yakini. Tapi baru beberapa waktu kebelakang ungkapan itu terbukti. Sebelumnya? Saya habisi hari dengan menangis meratapi kenapa harus saya yang diberi amanah ini. Saya yang penuh dengan kekurangan, lemah dalam mengingat istilah, tidak kreatif dalam berkegiatan, monoton, flat dan sederetan keminderan lainnya.
Lalu Apa yang Membuat Saya Berubah?
Waktu. Ya waktu. Terus menerus berfikir tentang hikmah meski terkadang sulit memetik hikmah yang sebenarnya, perlahan mengarak saya pada sebuah pemahaman menyeluruh terhadap potongan puzzle teka teki kebingungan saya perihal tumbuh kembang anak-anak. Pun sampai saat ini. Puzzle itu masih lah belum utuh sampai akhirnya kita tunai amanah di dunia. Dan benarlah, visi misi ukhrawi itu ruh dalam menjalani hidup, ruh dalam mendidik, dan ruh dalam penyempurnaan ikhtiar. Ketika masih banyak alasan yang kita buat atas kelalaian kita, maka ketika itu lah masih perlu kita memperbaiki pola pikir kita. Iqro'. Bacalah apa yang terhampar dilangit dan dibumi. Terima dengan hati iyakan dengan nurani. Perlahan tapi pasti semua akan menggiring kita pada langkah kaki kokoh tanpa ragu tentang apapun itu yang bernama suratan takdir.
Columbus, 29 November 2016
11.10 am est
Catatan hati kecil