Sudah jalan 3 minggu anak-anak sekolah. Secara umum sih mereka fine! Tapi yang namanya emak, adaaaaaaaa aja yang dipikirin. Mikirin mereka di sekolah gimana, bilang kalo lapar gimana, kalo haus gimana, kebelet pup sama pee gimana. Bisa ga ya mereka ikutin instruksi gurunya. Punya temen ga ya mereka. Hmmmm ... aduh... hmmmm ... Ya Allah ... bla bla bla bla ...
Dan pagi ini saya yang sebenernya udah berdamai dengan semua pertanyaan itu kembali terusik karena masih belum nyaman dengan gayanya guru Zaid yang berbeda dengan Ziad.
Gurunya Zaid cenderung cuek. 3 minggu bersekolah belum pernah saya dapati mereka menyambut atau melepas Zaid dengan pelukan seperti yang dilakukan gurunya Ziad. Hmmm ... yasudlah. Toh tiap guru punya cara yang berbeda. Toh Zaid fun fun aja. Ga usah dipusingin selagi anaknya oke oke aja.
Yah begitulah mak jadi orang tua. Terkadang perasaan kita justru jadi musuh utama kita. Berdamai dengan perasaan yang mengarahkan pada prasangka hanya memperumit keadaan yang sebenernya ga rumit-rumit amat memang jadi pekerjaan sulit. Tapi disitulah seninya. Ntar anak makin gede makin dahsyat lagi kayanya. Apalagi disaat mereka besar mereka meminta sendiri untuk mandiri, dan mulai risih ketika masih diketekin emak.
Lha terus? Kita kan mau memberikan yang terbaik buat anak kita. Ga mau mereka sedih apalagi salah jalan. Iya betul... Yang perlu kita inget sih how to nya. Sudah tepat apa belum. Komunikatif apa ga. Mengingat anak semakin gede semakin independent. Semakin ga mau di intervensi.
So, sebaiknya kita gimana? Bangun komunikasi yang baik dengan anak. Perlakukan mereka sebagaimana baiknya kita memperlakukan manusia. Dimana kita juga tidak mau diintervensi dan disuudzoni plus dikhawatiri berlebihin bin dikintili.. hehehehe
Colombus, ditulis saat mau belanja mingguan seberes anter anak2 sekolah. Hilangin gelisah liat zaid yang sendirian dikelas karena temen2nya lum ada yg dateng.
22 September 2016
Post Comment
Posting Komentar
Komenmu sangat berarti bagiku 😆
Makasi ya udah ninggalin komen positif ... 🤗