Ah maaf ya. Saya lagi melankolis. Tetiba sedih ketika menyaksikan diri ini stagnan bahkan menurun dalam kualitas dan kuantitas ibadah. Nurani masih terus berbisik agar tak lena dalam nikmat ini. Nurani juga selalu memotivasi untuk terus 'eling' padaNya. Saat jiwa sudah dahaga, barulah terasa dan kemudian segera mendekat kembali padaNya. Namun tetiba lena, ibadah pelepas wajib raga saja yang terlaksana.
Lalu kemudian saya tersentak saat membaca salah satu tulisan dari seorang da'i. "Apa kabar iman mu hari ini??? Oh rindu rasanya dengan pertanyaan ini. Pertanyaan yang dulu nyaris setiap saat saya pertanyakan. Pertanyaan di masa saudara seperjuangan masih sangat banyak bahkan nyaris setiap hari bertemu.
Bukan tak bersyukur dengan hidup yang sekarang, bukan! Tapi memang berkeluarga memiliki tantangan keimanan tersendiri. Karena 2 raga telah menjadi 1 jiwa. Tentunya ada saling pengaruh mempengaruhi. Ah sulit saya menjelaskannya. Yang pasti hidup berkeluarga dan saling mengingatkan dalam kebaikan di keluarga jauh lebih menantang dibanding saat single. Yang sudah berkeluarga barangkali bisa merasakannya?
Dulu, saat teman sekamar bangun tengah malam untuk bertahajud, sontak diri ini pun bangun. Tak ingin kalah dalam hal ibadah. Soal niat biarlah Allah yang menilai. Begitu dulu pikir saya. Namun sesudah menikah. Dipercikan air ke wajah pun banyak alasan untuk bermalas. Ditambah ketika anak-anak bangun. Bukan karena anak-anak saya tidak bertahajud, tapi karena kemalasan saya.
Perjalanan ruhani tentulah masih panjang. Hati dan fikiran terus menerus bercengkarama. Sesekali saya sentak mereka dengan paksa raga agar mau bangkit untuk bermesra denganNya. Ah nikmat. Sesekali air mata membasahi wajah saya.
"ALLAH"... ucap saya lirih penuh rindu.
Dan kemudian rangkaian pengampunan dan doa penuh harap pun terucap bertubi-tubi tanpa jeda. Sampai akhirnya tersekat dalam tenggorokan perih menahan tangisan penuh dosa.
"Rabbi ... hamba memohon akhir yang baik dalam kehidupan hamba ...", kemudian terputus tenggelam dalam tangisan.
★★★★★★★★★★★★★★★★★★★★★★★★★★★★★★
Cerita batin di atas cerita saya pribadi. Pengalaman dan perasaan pribadi. Dan Alhamdulillah Allah masih memberi saya kesempatan memperoleh majelis ilmu yang baru di negeri minoritas muslim ini. Jika bukan karena 'dipaksa' oleh nurani, bisa saja saya memilih untuk tidak bergabung dalam majelis langka ini. Jazakumullah khairan katsir untuk semua yang sangat rutin ngontrol keberlanjutan ngaji saya. Karena memang saya bandel. Tapi saya masih seneng kok menjadi bagian dari kelompok manusia penebar kebaikan. Semoga saya juga masuk ke dalam barisan penerus estafet dakwah Rasul. Semoga ... aamiin...
Post Comment
Posting Komentar
Komenmu sangat berarti bagiku 😆
Makasi ya udah ninggalin komen positif ... 🤗