Lagi hujan. Jiwa melankolis saya kumat. Hiks ...
Tiba-tiba irama hujan membawa saya dalam kenangan masa lalu ... dimulai dari yang terdekat dan semakin lama semakin menjauh hingga ke masa kecil.
Saat baru brojol saya ingat banget, mama lahiran kaya gimana (yang ini cerita ngawur). Mama teriak-teriak ala-ala sinetron Indonesah. Trus saya teriak ke mamah "ma, manga ma makiak-makiak. Jaleh rang lah kalua tu-ma, ngapain sih ma teriak-teriak, aku kan udah lahir". Dan masih inget juga kalo saya lahir hari Rabu di tanggal ke 28 bulan yang dikenal dengan sebutan °September Ceriaaaaaa°°°°○○○○°°○○○° (biar ada yang nyatet dan kasih kado). Lalu ....
Hidup di kota besar bernama Paris (Pariaman sekitar) tepatnya di LA (Lubuk Alung) membuat saya tumbuh menjadi anak kecil ingusan celana kedodoran. Bosan dengan kehidupan Kota, akhirnya saya move on ke sebuah desa metropolis bernama Payakumbuh.
Jatuh bangun menemukan taman kanak-kanak yang tepat karena saya gagal paham dengan kanak-kanak di taman tersebut. Menurut saya mereka bukan lagi kanak-kanak. Ah sudahlah tidak usah dibahas. Yang penting saya akhirnya menemukan pelabuhan yang tepat bernama TK Dharma Wanita. Sayang, saya berakhir buruk disana setelah bertindak kasar pada salah seorang anak yang mana sampe sekarang saya ga tau namanya siapa tapi terus mengingat wajahnya berharap suatu hari bertemu dan meminta maaf... hiks
Beranjak dewasa dengan porsi makan semakin meluas, saya ternyata tumbuh jadi anak yang malu-malu (in) tapi berprestasi (lumayan 10 besar). Flat ga ada yang menarik jaman SD selain permainan tradisional bejibun. Yang paling saya benci permainan hide and seek alias mancik-mancik dimana saya yang selalu jaga (nyebelin kan!!!).
SMP potensi saya melejit. Sayang tinggi badan saya masih setia di size siswa SD. Ah tak mengapa. Toh suara saya lantang saat kampanye OSIS #bangga. Pelan-pelan saya diracuni dengan ramuan penambah cantik, di sebuah forum bernama forum Annisa. Setelah kurang dari tiga tahun, racun nya mulai bekerja dan tiba-tiba benar saja. Saya berubah cantik berbalut pakaian muslimah nan solehah (haaaaah #napassurga) tepat di awal semester 2 .
Tiba-tiba setelahnya kehidupan saya mendadak syahdu. Eh tapi tetep sih ada sisi kenakalan remaja yang tak terbendung saya tolak saat kelas 3. Dimana saya mempelopori 'cabut' di jam belajar. Padahal kelas saya sarangnya anak-anak pintar dan taat aturan. Tapi karena sebagian dari mereka jenuh dengan ketaatan mereka, akhirnya mereka ikut membelot dan berujung pada hukuman ternyaman>>> bahas soal SPMB di Perpustakaan. Kalo kata saya perpus lebih surga ketimbang kelas #heu.
Masuk babak dewasa tahap 2. Dewasa dimana saya tak lagi bersama emak. Dewasa dimana saya hidup jauh dari rumah emak. Dan dari sinilah perjalanan-perjalanan lebih syahdu yang tak terlupakan dimulai. #mewek
Selama menjadi mahasiswa saya memiliki banyak rumah. Mulai dari rumah tempat melepas rindu dengan keluarga, rumah hip hip hura hingga rumah penjara penguras tenaga.
Oke, saya mulai dari rumah pelepas rindu dengan kampuang halaman bernama, ASRAMA MINANG SURAU AWAK. Disini saya tinggal selama 4 tahun. Hidup dalam perih bahagia penuh canda tawa gelak jenaka. Rumah dimana wajah cantik ketika bangun tidur diketahui seantero penghuni. Rumah dimana segala peraturan tertempel rapi disetiap pojokan. Dan rumah dimana p*p butuh kesabaran karena toilet hanya 2. Oh rumah ku ... apa kabar kamu??? Dah ganti cat warna apa? Si patung gadih minang nya di dandanin pake warna apa? Trus, pewaris tahta kerajaanku siapa? (Alias ketua asrama). Hmmmm .... rumah ini beribu kenangan yang kalo diceritakan bisa terbit 1 novel.
Kemudian adalagi rumah hip hip hura bernama ESA (English Students' Association). Rumah dimana saya jadi cheers di setiap agenda. Padahal badan bongsor tapi sok-sokan lincah. Ujung-ujungnya keringetan membuncah tapi ya sudahlah, ga ada gebetan ini #eh. Ini rumah tempat saya mengabdi. Entah racun apa yang disuntikan pada saya sehingga saya rela jadi panitia terus-terusan meski tak ada sepeser pun bayaran melainkan hanya kulit menghitam muka memerah. Ah ESA.... kelebatan kegiatan yang tercipta membuatku bersyukur nyemplung nyasar lulus tes SPMB di jurusan ini. Kalo ga jadi kuliah dimari, ya aku ga ketemu ma jodohku toh ... #eh
Terakhir rumah penjara. Menyeramkan tapi disini ku ditempa. Disini ku memaknai sebuah kata bernama perjuangan. Namanya GEMA PENA. jumlah penghuninya paling irit dari 2 rumahku di atas. Tapi meski sedikit.... kekuatannya melebihi kekuatan Ironman dan Captain America disatukan!!! Di rumah ini aku mulai belajar berfikir kritis, inovatif dan solutif. Di rumah ini juga ternyata laki-laki yang jadi jodohku memilih jalan... aduh jadi kangen #ehlagi. Di rumah ini, aku dan teman-temanku mencoba meracik asa untuk memulai cinta dengan yang namanya perjuangan dan pengorbanan. Bahkan melebihi dari 2 kata itu. Sudah cukuplah bagi ku dan teman-teman menghabiskan energi pikiran dan fisik untuk bisa menggali dan menyadari potensi kami sehingga mampu sederajat dengan para dementor itu. Sudah cukuplah bagi malam-malam kami dihabiskan dengan begadang demi sebuah konsep untuk Pendidikan. Karena sekarang di ranah masing-masing kami berjuang. Semoga apa yang ditempakan menjadi bekal untuk tak lekang oleh panas tak lapuk oleh hujan.
Duh masa lalu ... tanpa hadirmu dulu, mungkin aku tak bisa memaknai hidupku sekarang. Ah hujan telah berhenti. Namun langit masih mendung. Meski ceritaku terhenti disini, namun hati ku masih tetap melow dan ingin menjadikan hidupku hari ini menjadi berarti di masa akan datang. Semoga, ya semoga!
PENDIDIKAN UNTUK PERADABAN!!!
Payakumbuh, 2 Mei 2016
Kupersembahkan sebagai pengingat dikala diri tak lagi sanggup mengingat, bahwa kehidupan sampai saat nya nanti kau lupa, ternyata bermakna. Bahwa kehidupan seperti apa yang akan kau jalani mendatang, ternyata berawal dari sebuah asa kecil tak berharga. Sehingga tak pantaslah dilupa ...
Post Comment
Posting Komentar
Komenmu sangat berarti bagiku 😆
Makasi ya udah ninggalin komen positif ... 🤗