Dalam perjalanan ke sekolah Selasa lalu, saya seperti biasa nyeloteh sepanjang jalan ke anak-anak. Tujuannya biar perjalanan ga sunyi dan ga garing aja. Topik pembicaraan sih apapun, terkait dengan anak-anak dengan aktivitas dan ceramah perihal value dalam hidup. Nyicil belajar ngajarin anak-anak soal value hidup ceritanya, hehehe..
Nah dalam perjalanan waktu itu, saya nyeloteh perihal kedatangan Abi mereka besok hari. Kapan Abi datang, kenapa Umi harus jemput Abi ke bandara, Abi datang dari mana, apa rencana kami sekeluarga setelah kedatangan Abi, dan semua hal terkait keluarga kecil kami. Hingga sampailah esok hari, dimana saya harus berangkat ke Bandara pukul 06.00 pagi.
Alhamdulillah berkat kerjasama dengan Oma dan Opa anak-anak tidak terlalu rewel. Mereka ke sekolah di anter Opa. Dan berdasarkan laporan dari guru mereka, ketika ditanya "Umi mana?" Mereka jawab "Umi Abi" (red. Umi jemput Abi). Entah mereka jawab itu karena mengerti, entah karena terpaksa karena gurunya yang ajarin, hehehe.
Sore harinya, sekitar pukul 15,30 saya dan suami sudah berada di Payakumbuh. Setelah rehat dan bersih-bersih, kami pun meluncur menjemput anak-anak di sekolah mereka. Rencana demi rencana pun kami susun, gimana biar kedatangan Abi mereka jadi kejutan buat anak-anak.
Sesampai di sekolah, sesuai rencana, Abi sembunyi, saya jemput anak-anak ke ruangan mereka. Cukucluk kucluk ... seperti biasa mereka komen ketika ngeliat motor "motor umi..motor umi". Dan tadaaaaaaaa .... Abi pun muncul melompat dengan ekspresi khas Taufik Mulyadin yang super ekspresif. Asli, saya aja yang tau suami sembunyi aja kaget, apalagi anak-anak.
Dengan ekspektasi keberhasilan kejutan yang tidak terlalu tinggi, saya udah pasrah kalo-kalo anak-anak lempeng, atau malah nangis karena Abinya yang super ekspresif, atau reaksi lain yang tidak sesuai ekspektasi. Tapiiiiiiii ...
Zaid dan Ziad: abiiiiiiiiii #mereka teriak dengan ekspresi wajah kaget, haru, senang, bahagia semua bercampur dalam ekspresi wajah mereka
Abi: #senyum lebar muka memerah sambil menahan tangis haru
Abi: #senyum lebar muka memerah sambil menahan tangis haru
Mereka pun berpelukan ... asli, saya agak sedikit nyaris nangis melihat adegan ini. Hahaha..lebay. Berasa udah pisah sekian puluh tahun.
Di hati saya hanya takjub, seolah tersadar, oh anak-anak memang sudah semakin besar dan semakin bisa mengungkapkan perasaan mereka meski baru lewat ekspresi wajah.
Semoga kita sekeluarga bisa terus berekspresi ya ... mau suka atau duka, tetap ada cintaaaaaaaa... cikiciiiiiw
Payakumbuh, 20 Mei 2016
Love your story, uni
BalasHapus