Tantrum. Akhirnya kealaman juga. :'(
Dulu, ketika memperoleh informasi perihal tantrum dan kemudian saya baca, saya berfikir "lho kok anak saya engga kaya gini? Mereka kalau nangis ga pernah kejer dan susah diem kok. Mereka juga ga pernah maksa sampai harus dipenuhi keinginannya. Bla bla bla."
Artinya, disaat itu (sampai beberapa waktu belakang ini) saya masih bisa mengatasi keinginan anak-anak tanpa harus memdapati mereka tantrum. Tapi, 2 minggu ini???? #mewek sejadi-jadinya lah pas nulis ini ... :'(
CARI PENYEBAB
Sesuai tips yang saya peroleh, segala sesuatu pasti ada penyebabnya, saya pun langsung googling, 'tantrum'. Baca beberapa artikel yang menurut saya relevan, dan kemudian saya sibuk dengan pikiran sendiri yang tengah menelusuri masa lalu (jiah lebay).
Tgl 25 juni, tepat hari pertama saya mencoba memperkenalkan anak-anak dengan penyapihan alias mereka tidak lagi saya ASI-i. Kesalahan saya adalah menyapih mereka dengan menggunakan cara yang tergolong konvensional (mengolesi puting dengan odol). Sampai kemudian salah seorang teman mengingatkan saya untuk mencoba metode WWL di hari ketiga penyapihan. Dan hari ke empat, saya coba terapkan metode tersebut, alhamdulillah berhasil. Tapi ... saya sedih melihat anak-anak seperti lesu dan sedih. Mereka masih mengira kalau sumber ASI nya pedas dan ada warna putihnya. Tapi mereka tetap mencoba seperti mau mengASI. Perlahan-lahan tapi pasti, akhirnya mereka mendapati kembali 'surga' mereka.
Nah, tampaknya semua berawal dari sini. Ketika 4 hari masa penyapihan, ziad tampak kurang bergairah. 'Feeling' saya memgatakan, ziad seperti merasa tidak disayangi lagi ... :( . Tiba-tiba saja dia menangis tidak beralasan. Kemudian keesokannya mulai meminta hal-hal baru yang saya sendiri tidak mengerti karen memang anak-anak belum bisa bicara jelas. Kondisi seperti ini yang kemudian membuat ziad menangis dan sekarang menangis tantrum.
INTROSPEKSI DIRI Moms :)
Sebagai seorang ibu, saya pastinya punya andil atas perubahan ini. Saya mencoba untuk mengingat dimanakah poin kesalahan saya. Setelah beberapa hari berfikir dengan segenap memori dan 'share' ke beberapa orang kerabat, saya dapat menyimpulkan salah satu faktor tantrum nya ziad, yaitu penyikapan.
Ya, saat ziad mulai memiliki banyak keinginan sebagai bentuk pengalihan dirinya sendiri terhadap kebutuhan pokok yang tak lagi dia dapat (red. ASI), saya kurang menyikapinya dengan baik. Saya cenderung memgabaikan dan terlalu sering melarang dan memgalihkan tanpa berusaha terlebih dahulu untuk memahami keinginannya. Di beberapa kondisi pun saya dengan segenap kelemahan sering pula menggunakan nada tinggi dan mimik wajah marah kepada ziad. Sehingga tampaknya ziad mulai memg'imitate' beberapa gaya marah saya dan dikolaborasikan dengan gaya nya dia.
HAPPY MOM, happy child :)
Tak bisa dipungkiri, permasalahan anak tantrum menjadi momok tersendiri buat orang tua ditengah-tengah kondisi kita sendiri secara pribadi masih perlu untuk distabilkan. Tapi disitulah letak seninya. Seni dimana orang tua perlu mengakui kesalahan dan kelemahan kepada si anak dan seni dimana anak belajar lebih untuk perkembangan kecerdasan mereka.
Mendatangkan kebahagiaan untuk diri sendiri itu sangatlah penting, bagaimana pun caranya. Apakah dengan menyeruput teh ketika anak-anak tidur, menulis unek-unek yang sudah menumpuk di otak, atau dengan ketawa ketiwi bersama tetangga. Yang terpenting, ada masa dimana otak kita terbebas sesaat dari kejenuhan manusiawi. Tujuannya hanya satu, biar kita jadi happy mom...
DUNIA IBU BERANAK KEMBAR, it's different!!!
Beberapa waktu yang lalu saya menemukan artikel yang disebar dijaring sosial FB. Dalam artikel itu si oenulis menjabarkan poin-poin yang hanya dialami ibu beranak dua atau lebih. Spontan saya ngakak bacanya, dan memgiyakan beberapa poin yang salah satunya: ibu beranak dua tidak membutuhkan nasehat dari ibu beranak 1 (lebih kurang seperti itu bunyinya).
Dalam memgahadapi tantrum pada anak, ibu beranak 1 cukuplah fokus pada 1 anak, sementara ibu beranak 2 atau lebih??? Sangat sering ibu-ibu yang memiliki anak lebih dari 1 mengalami kondisi dimana 1 anak tantrum disaat satu anak yang lain pasang posisi untuk tantrum juga. Dan.... berbeda juga sensasinya yang dialami oleh ibu beranak kembar. Dimana anak mengalami perkembangan yang relatif berbarengan. Ditambah dengan kemampuan verbal mereka yang belum jelas. 1 anak ingin kesini, yang 1 lagi ingin kesitu, menarik baju sang ibu dengan ucapan-ucapan yang tidak dimengerti oleh si ibu. Ketika si ibu mencoba untuk menyelesaikan satu persatu anak, anak yang merasa dicuekin perlahan-lahan pasang gaya untuk tantrum, hahahaha... terbayang hectic dan hebohnya. Rasa-rasanya saya ingin membelah diri saja menjadi dua. :D
SOLUSI UNTUK SAYA
Berbagai macam tips dan trik tersebar di dunia maya temtang bagaimana cara menghadapi anak yang tantrum. Dan semua mengacu pada poin yang sama: cari penyebab, atasi penyebab sebelum tantrum, ketika sudah tantrum biarkan anak melepaskan emosi sesaat, lobbying, beri pelukan, tawarkan solusi. Dari sekian banyak tips, saya sangat meyakini bahwa tips terampuh itu ada pada sang ibu sendiri. Dan saya pribadi menggunakan tips utama: BE A HAPPY MOM!
jika sudah menjadi ibu yang bahagia, saya yakin kita akan lebih tenang menghadapi anak yang tantrum dan bisa berdamai dengan kondisi sehingga mereka segera mereda.
Itulah sedikit pengalaman saya tentang tantrum, semoga para ibu disini bisa menemukan cara efektif tersendiri untuk menghadapi anak tantrum. :)